MARKET NEWS

Bursa Asia Bergerak Beragam, Nikkei Jepang Naik Lebih dari 2 Persen

TIM RISET IDX CHANNEL 03/10/2024 09:09 WIB

Bursa saham Asia bergerak beragam di awal perdagangan Kamis (3/10/2024). Indeks Nikkei Jepang naik tajam, didorong oleh melemahnya yen.

Bursa Asia Bergerak Beragam, Nikkei Jepang Naik Lebih dari 2 Persen. (Foto: Reuters)

IDXChannel – Bursa saham Asia bergerak beragam di awal perdagangan Kamis (3/10/2024). Indeks Nikkei Jepang naik tajam, didorong oleh melemahnya yen.

Hal tersebut setelah Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menyatakan, negara tersebut belum siap untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Menurut data pasar, pukul 08.59 WIB, indeks Nikkei terapresiasi 2,30 persen, indeks Topix yang lebih luas menguat 2 persen.

Ishiba mengatakan, Jepang belum berada dalam situasi yang mendukung kenaikan suku bunga tambahan, dalam upaya untuk menghilangkan reputasinya sebagai pendukung kebijakan moneter ketat, setelah bertemu dengan Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda pada Rabu.

Pada Kamis, yen berada di sekitar JPY146,56 per dolar, setelah sebelumnya menguat hingga 141,65 pada Senin, saat pasar merespons kemenangan Ishiba dalam pemilihan pimpinan Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa, pekan lalu.

Yen dan indeks saham Jepang biasanya bergerak berlawanan arah, karena mata uang yang lebih kuat mengurangi daya saing eksportir saat mengonversi pendapatan mereka.

Selain Nikkei 225, indeks Straits Times Singapura juga mendaki 0,27 persen, bersama dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik tipis 0,06 persen.

Berbeda, Hang Seng Hong Kong minus 1,67 persen dan KOSPI Korea Selatan melorot 1,22 persen.

Pasar saham China daratan ditutup sepanjang pekan untuk memperingati libur nasional Golden Week.

Wall Street Hijau

Sementara itu, Dow Jones Industrial Average dan Nasdaq Composite di AS ditutup sedikit lebih tinggi pada Rabu atau semalam waktu Indonesia, ketika para trader menganalisis data ekonomi terbaru dan pernyataan pejabat Federal Reserve (The Fed).

Dow dan Nasdaq, yang didominasi saham teknologi, masing-masing naik 0,1 persen menjadi 42.196,5 dan 17.925,1. Indeks S&P 500 hampir tidak berubah di 5.709,5.

Soal berita ekonomi teranyar, mengutip MT Newswires, Rabu (2/10), pertumbuhan lapangan kerja di sektor swasta AS meningkat pada September, sementara pertumbuhan upah melambat, menurut data dari Automatic Data Processing (ADP).

"Jangan terlalu memperhatikan laporan bulanan ADP," kata TS Lombard dalam sebuah catatan.

"Namun, karena hasilnya melebihi ekspektasi, ada kemungkinan bahwa data Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) pada Jumat akan lebih rendah dari yang diperkirakan."

Data dari BLS diperkirakan menunjukkan, ekonomi AS menambah 150.000 pekerjaan non-pertanian (NFP) bulan lalu, yang berarti ada peningkatan dari 142.000 pekerjaan yang tercatat pada Agustus, menurut survei Bloomberg.

Sementara itu, aplikasi hipotek (KPR) di AS menurun minggu lalu karena suku bunga yang lebih tinggi menekan aktivitas refinancing, menurut Asosiasi Bankir Hipotek.

Imbal hasil obligasi AS 10 tahun naik 3,8 basis poin menjadi 3,78 persen, sementara obligasi dua tahun meningkat 1,6 basis poin menjadi 3,64 persen.

Presiden The Fed Richmond, Tom Barkin, menyatakan, inflasi dan pasar tenaga kerja AS masih menimbulkan ketidakpastian yang signifikan, seiring inflasi inti tahunan yang diperkirakan tidak akan banyak menurun hingga 2025.

Bulan lalu, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menurunkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin, penurunan pertama sejak Maret 2020. (Aldo Fernando)

SHARE