Bursa Asia Bergerak Beragam, Pasar Masih Cermati Isu Suku Bunga
Bursa saham Asia cenderung bergerak beragam pada Kamis (14/8/2025).
IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung bergerak beragam pada Kamis (14/8/2025). Sementara, dolar AS tertekan seiring para trader semakin gencar memasang taruhan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan kembali memangkas suku bunga bulan depan.
Indeks MSCI untuk saham Asia di luar Jepang bergerak tipis ke atas dan bertahan di level tertinggi sejak September 2021, mengikuti jejak Wall Street, di mana indeks S&P 500 dan Nasdaq mencetak rekor penutupan tertinggi untuk hari kedua berturut-turut. Indeks MSCI All Country World juga menyentuh rekor baru untuk sesi kedua pada Rabu.
Indeks Nikkei Jepang (NI225) melemah setelah reli enam hari yang mendorongnya menembus level 43.000 untuk pertama kalinya. Saham di Korea Selatan dan Taiwan juga sedikit terkoreksi.
sementara indeks saham unggulan China dan saham di Hong Kong (HSI) justru menguat 0,97 persen dan 0,31 persen.
Dolar AS merosot ke level terendah dua pekan terhadap sekeranjang mata uang utama (DXY) seiring pergeseran ekspektasi pemangkasan suku bunga AS. Pernyataan Menteri Keuangan AS turut memperkuat spekulasi akan adanya pemangkasan agresif sebesar 50 basis poin. Yen Jepang sempat menyentuh level tertinggi tiga pekan di 146,38 per USD pada awal perdagangan.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, pada Rabu mengatakan bahwa pemangkasan setengah poin pada September mungkin terjadi setelah revisi data pasar tenaga kerja pekan lalu menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja melambat tajam pada Mei, Juni, dan Juli.
Dalam catatan risetnya, Goldman Sachs memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali masing-masing 25 basis poin tahun ini, dan dua kali lagi pada 2026. Trader kini memperhitungkan kepastian pemangkasan suku bunga pada September, dengan peluang pemangkasan 50 bps naik menjadi 7 persen, dari 0 persen sepekan sebelumnya.
Meskipun laporan inflasi AS yang jinak awal pekan ini memperkuat alasan pemangkasan suku bunga, sebagian analis mengingatkan agar pasar tidak terlena. Mereka menilai data yang akan datang masih bisa mengubah arah ekspektasi.
“Kami tidak seyakinnya pasar keuangan mengenai pemangkasan suku bunga 25 bps oleh FOMC pada September, apalagi 50 bps,” ujar ekonom sekaligus analis strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong.
“Masih akan ada laporan CPI dan data payroll lain sebelum pertemuan September yang bisa menguatkan atau justru melemahkan alasan untuk memangkas suku bunga,” imbuh Kong. (Aldo Fernando)