MARKET NEWS

Bursa Asia Bergerak Variatif, Nikkei Cs Turun dan IHSG Menguat 0,19 Persen

Kunthi Fahmar Sandy 27/12/2021 10:06 WIB

Hingga pukul 09:32 WIB, Nikkei 225 Jepang (N225) turun -0,26% di 28.723,50, Hang Seng Hong Kong (HSI) naik 0,13% di 23.223,76

Bursa Asia Bergerak Variatif, Nikkei Cs Turun dan IHSG Menguat 0,19 Persen (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Bursa saham di kawasan Asia bergerak variatif pada perdagangan, Senin (27/12/2021). 

Hingga pukul 09:32 WIB, Nikkei 225 Jepang (N225) turun -0,26% di 28.723,50, Hang Seng Hong Kong (HSI) naik 0,13% di 23.223,76, dan Kospi Korea Selatan (KS11) melemah -0,07% di 3.010,26 

Shanghai Composite China tumbuh 0,22% di 3.626,13, Taiwan Weighted naik 0,54% di 18.058,23, dan Straits Times Singapura (STI) menanjak 0,15% di 3.112,95. Sedangkan Indonesia Composite Index / IHSG juga menguat 0,19% di 6.578. 

Pergerakan pasar ekuitas di Asia mendapat dorongan dari mulai diperlonggarnya pembatasan mobilitas terkait varian Omicron. 

Singapura, baru saja membuka pembatasan kunjungan dari sejumlah negara dari Afrika. Langkah negeri Singa ini menunjukkan varian tersebut lebih mudah menular tetapi tidak separah varian delta. 

Sedangkan kabar dari Wall Street, sejumlah pengamat menilai pergerakan bursa Amerika Serikat masih memberi perhatian terhadap dampak lanjutan Omicron terhadap kebijakan pembatasan. 

"Pasar sangat reaksioner sekarang dan setiap berita kecil memiliki dampak besar," kata Analis Villere & Co, George Young, dilansir Reuters, Senin (27/12/2021). 

Goldman Sachs memangkas estimasi pertumbuhan PDB AS menjadi 3,8% dari 4,2% karena ketidakpastian dampak gelombang Omicron. Pada pekan ini, masih sedikit data ekonomi yang perlu dicermati investor. Analis Envestnet PMC Dana D'Auria, menyebut kurangnya pembacaan baru tentang kekuatan ekonomi pada saat jumlah kasus virus corona meningkat dapat membuat pasar saham lebih bergejolak hingga akhir tahun. 

"Pasar menjadi cukup bagus dalam menentukan harga dan memulai dari apa yang kita pelajari di sisi kesehatan," katanya.

Apabila kasus Omicron terus melonjak atau ada tanda-tanda bahwa pembatasan ekonomi dapat diterapkan kembali, investor dimungkinkan bakal lebih bergantung terhadap emiten-emiten potensial yang tidak memiliki dampak terhadap Omicron, seperti teknologi. 

Dalam hal ini, perusahaan teknologi raksasa seperti Apple Inc diuntungkan mengingat kinerja keuangan mereka dan pertumbuhan pendapatan sebagai akibat dari pekerjaan jarak jauh / work from home.

(SANDY)

SHARE