Bursa Asia Cenderung Menguat Jelang Tenggat Tarif dan Keputusan The Fed
Bursa saham Asia menguat pada Rabu (30/7/2025), seiring investor tetap berhati-hati setelah pembicaraan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
IDXChannel - Bursa saham Asia menguat pada Rabu (30/7/2025), seiring investor tetap berhati-hati setelah pembicaraan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China berakhir tanpa kesepakatan substansial, serta menjelang pengumuman kebijakan Federal Reserve (The Fed).
Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,3 persen, dipimpin oleh penguatan saham Taiwan, setelah pasar saham AS ditutup melemah sehari sebelumnya seiring pelaku pasar menanti laporan keuangan sejumlah perusahaan besar.
ASX 200 Australia naik 0,68 persen, sementara indeks Nikkei Jepang naik tipis 0,03 persen, Shanghai Composite terkerek 0,83 persen.
Sedangkan, indeks Hang Seng di Hong Kong melemah 0,28 persen dan STI Singapura turun 0,15 persen.
Pelaku pasar tengah bersiap menghadapi sejumlah keputusan bank sentral, rilis data ekonomi penting, serta laporan keuangan korporasi dalam beberapa hari ke depan—yang berpuncak pada tenggat waktu tarif dari Presiden AS Donald Trump pada 1 Agustus.
Mengutip Reuters, The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga dalam pertemuan kebijakan yang berlangsung Rabu ini, meskipun ada kemungkinan perbedaan pendapat dari sejumlah pejabat yang mendukung penurunan biaya pinjaman.
“Dengan kondisi pasar tenaga kerja yang nyaris mencapai tingkat penuh, sebagian besar pejabat The Fed memilih untuk menunggu dan melihat bagaimana dampak tarif terhadap inflasi,” ujar ekonom internasional senior di ANZ, Sydney, Tom Kenny.
Menurutnya, beberapa pejabat khawatir tarif bisa memicu ekspektasi inflasi yang lebih tinggi dan menyebabkan tekanan harga yang lebih persisten, bukan hanya dampak satu kali.
“Kami memperkirakan The Fed berada dalam posisi untuk memangkas suku bunga pada pertemuan bulan September,” katanya dalam sebuah podcast.
Obligasi pemerintah AS menguat menjelang pertemuan The Fed, mendorong imbal hasil (yield) ke level terendah dalam hampir empat minggu, setelah lelang surat utang tenor tujuh tahun menarik minat tinggi dan meredakan kekhawatiran soal menurunnya permintaan atas surat utang pemerintah.
Imbal hasil obligasi acuan AS tenor 10 tahun terakhir berada di level 4,328 persen—terendah sejak 3 Juli. Sementara itu, imbal hasil obligasi tenor dua tahun, yang biasanya naik seiring ekspektasi pasar atas suku bunga The Fed, nyaris tidak berubah di kisaran 3,873 persen.
Bank of Japan (BOJ) diperkirakan mempertahankan suku bunga pada Kamis.
Fokus pasar tertuju pada pernyataan bank sentral tersebut untuk mencari petunjuk kapan kenaikan suku bunga berikutnya akan dilakukan, terutama setelah tercapainya kesepakatan dagang antara Jepang dan AS yang membuka jalan bagi BOJ melanjutkan jalur pengetatan kebijakannya.
Menjelang tenggat waktu 1 Agustus yang ditetapkan Trump untuk menerapkan tarif “Hari Pembebasan”, beberapa negara terlihat masih berupaya keras mencapai kesepakatan di menit-menit terakhir.
Pejabat AS dan China sepakat pada Selasa untuk berupaya memperpanjang gencatan perang tarif selama 90 hari, meskipun belum ada terobosan besar yang diumumkan.
Pejabat AS mengatakan keputusan akhir untuk memperpanjang masa penangguhan atau membiarkan tarif kembali melonjak hingga tiga digit sepenuhnya berada di tangan Presiden Trump.
India juga tengah bersiap menghadapi tarif lebih tinggi dari AS—diperkirakan antara 20 hingga 25 persen—terhadap beberapa produk ekspornya, sambil menahan diri dari memberi konsesi dagang baru menjelang tenggat waktu 1 Agustus, menurut dua sumber di pemerintahan India.
Sementara itu, tiga pejabat setingkat menteri dari Korea Selatan bertemu dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dalam upaya terakhir untuk mencapai kesepakatan. (Aldo Fernand)