MARKET NEWS

Bursa Asia Cenderung Menguat, Tersengat Rekor Wall Street

TIM RISET IDX CHANNEL 04/07/2025 09:07 WIB

Bursa saham Asia cenderung naik pada perdagangan Jumat (4/7/2025), mengikuti sentimen positif dari Wall Street.

Bursa Asia Cenderung Menguat, Tersengat Rekor Wall Street. (Foto: Reuters)

IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung naik pada perdagangan Jumat (4/7/2025), mengikuti sentimen positif dari Wall Street.

Indeks utama AS mencetak rekor tertinggi baru semalam setelah data ketenagakerjaan Juni yang kuat meredakan kekhawatiran akan potensi perlambatan ekonomi.

Menurut data pasar, hingga pukl 08.58 WIB, Indeks Nikkei 225 naik 0,18 persen, sementara indeks Topix yang lebih luas terkerek 0,19 persen, menandai kenaikan selama dua hari berturut-turut bagi pasar saham Jepang.

Investor juga mencermati perkembangan perdagangan global, setelah muncul laporan bahwa Presiden Donald Trump kemungkinan akan segera mengumumkan revisi tarif atau memperpanjang tenggat waktu 9 Juli bagi sejumlah negara.

Di dalam Negeri Sakura, mengutip Trading Economics, belanja rumah tangga Jepang menunjukkan rebound yang lebih tinggi dari perkiraan pada Mei, didorong oleh upaya pemerintah Tokyo yang semakin gencar untuk mendorong konsumsi.

Beberapa saham yang mencatatkan penguatan terbesar antara lain Tokyo Electric Power yang melonjak 4,5 persen, Mizuho Financial naik 1,7 persen, dan Keyence menguat 1,8 persen.

Meski menguat dalam dua hari terakhir, baik Nikkei maupun Topix masih berpotensi mencatatkan penurunan secara mingguan, akibat sentimen pasar yang sempat tertekan di awal pekan oleh ketidakpastian perdagangan.

ASX 200 Australia juga meningkat 0,18 persen, bersama Shanghai Composite yang naik tipis 0,01 persen.

Berbeda, Hang Seng memerah 1,48 persen dan KOSPI minus 1,08 persen.

Wall Street Cetak Rekor

Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite di Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi pada perdagangan Kamis (3/7) yang berlangsung singkat, setelah data resmi menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS melebihi ekspektasi pada Juni.

Indeks Nasdaq yang sarat saham teknologi melesat 1 persen ke 20.601,1, sementara S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average sama-sama naik 0,8 persen ke masing-masing 6.279,4 dan 44.828,5.

Mengutip MT Newswires, hampir semua sektor di S&P 500 ditutup di zona hijau, dipimpin sektor teknologi, kecuali sektor material yang nyaris stagnan.

Ini menjadi rekor tertinggi baru bagi Nasdaq dan S&P 500 dalam dua hari beruntun. Pasar saham AS tutup lebih awal pada pukul 13.00 waktu setempat, menjelang libur Hari Kemerdekaan AS pada Jumat (4/7).

Sepanjang pekan hingga Kamis, Dow menguat 2,3 persen, S&P 500 naik 1,7 persen, dan Nasdaq naik 1,6 persen.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan pertumbuhan non-farm payrolls (NFP) sebesar 147.000 pada Juni, jauh melampaui konsensus Bloomberg yang memperkirakan kenaikan 106.000. Tingkat pengangguran turun menjadi 4,1 persen dari sebelumnya 4,2 persen, berbanding terbalik dengan proyeksi pasar yang memprediksi kenaikan ke 4,3 persen.

Oxford Economics menilai laporan ketenagakerjaan ini cukup kuat untuk membuat Federal Reserve (The Fed) tetap berhati-hati. “Kami memperkirakan dampak inflasi dari tarif telah mencapai puncaknya pada kuartal IV, sehingga membuka ruang bagi The Fed untuk mulai memangkas suku bunga pada Desember,” demikian kata lembaga riset tersebut.

Sementara itu, Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic menyatakan bahwa para pembuat kebijakan harus menunggu kejelasan lebih lanjut sebelum mengambil langkah yang mungkin perlu segera dibalik.

Aplikasi mingguan tunjangan pengangguran AS juga turun secara tak terduga, dengan klaim lanjutan tetap stabil, menurut laporan pemerintah terpisah.

Indeks sektor jasa AS pun kembali ke zona ekspansi pada Juni, berdasarkan data Institute for Supply Management (ISM). Namun, survei terpisah dari S&P Global menunjukkan laju pemulihan yang melambat.

“Level indeks manufaktur Juni memang menunjukkan kembalinya ekspansi, namun responden survei masih kerap menyebut kekhawatiran terhadap ketidakpastian ekonomi dan dampak tarif,” ujar Ketua Komite Survei Sektor Jasa ISM, Steve Miller.

Di sisi lain, defisit perdagangan AS tercatat melebar lebih dari perkiraan pada Mei, seiring ekspor yang menurun.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor dua tahun melonjak 9,7 basis poin menjadi 3,89 persen pada Kamis, sementara imbal hasil obligasi tenor 10 tahun naik 5,3 basis poin ke 4,35 persen. (Aldo Fernando)

SHARE