MARKET NEWS

Bursa Asia Dibuka Bervariasi, Hang Seng di Zona Merah

Tim IDXChannel 27/09/2022 09:00 WIB

Bursa Asia dibuka bervariasi pada perdagangan Selasa (27/9/2022) karena masih dihantam berbagai sentimen yang membebani pasar.

Bursa Asia Dibuka Bervariasi, Hang Seng di Zona Merah (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Bursa Asia dibuka bervariasi pada perdagangan Selasa (27/9/2022) menyusul aksi jual di bursa saham Amerika Serikat (AS). Selain itu, lonjakan imbal hasil obligasi serta pasar mata uang yang bergejolak karena investor bersiap menghadapi risiko resesi global yang meningkat. 

Indeks saham di Jepang dan Australia naik tipis setelah tiga hari melemah. Indeks Nikkei Jepang naik 0,69% atau 183,60 poin ke level 26.615,15, Indeks Australia ASX menguat 0,17% atau 11,20 poin ke level 6.678,70. 

Sementara Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,51% atau 91,15 poin ke level 17.762,78. Indeks saham Shanghai China naik 0,48% atau 14,32 poin ke level 3.064,88 dan Indeks Taiwan TSEC naik 0,14% atau 17,46 poin ke level 13.795,74. 

Imbal hasil obligasi Australia dan Jepang masih tertekan. Sedangkan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun bertahan di dekat 3,9%, level tereakhir sejak 2010. 

Imbal hasil obligasi tenor 20 tahun Jepang naik ke level tertinggi sejak 2015 karena pasar utang global berada di bawah tekanan karena ekspektasi pengetatan moneter yang berlanjut. Bank Sentral mengumumkan operasi pembelian obligasi tidak terjadwal. 

Gubernur Bank of Japan, Haruhiko Kuroda mengatakan, intervensi Jepang untuk mengendalikan volatilitas Yen menghabiskan sekitar 3 triliun Yen atau sekitar USD21 miliar, seperti dilaporkan Nikkei. 

Dolar AS sedikit melemah dari rekor tertingginya pada Senin lalu, ketika pejabat The Fed mengulangi komentar hawkish pada kebijakan. Mata uang Asia termasuk Yen Jepang dan Yuan China sedikit menguat. 

Presiden Fed Boston, Susan Collins mengatakan, pengetatan tambahan diperlukan untuk mengendalikan inflasi yang sangat tinggi. Namun proses tersebut akan mengorbankan hilangnya pekerjaan. 

"Pasar menilai beberapa kenaikan Fed, tetapi kami agak khawatir itu mungkin tidak akan menentukan harga dalam segala hal. Kami terkejut di Agustus, inflasi naik bukan turun dan semua orang cemas," kata Presiden Pence Wealth Management, Laila Pence, seperti dikutip dari Bloomberg, hari ini. 

Sentimen lainnya datang dari harga minyak mentah yang diperdagangkan USD77 per barel hampir menyentuh posisi terendah Januari. 

Risiko geopolitik dari perang di Ukraina serta meningkatnya ketegangan di Taiwan, dan kerusuhan di Iran juga terus membebani pasar. OECD juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk negara G20 tahun depan sambil mengantisipasi kenaikan suku bunga lebih lanjut. 

(FAY)

SHARE