MARKET NEWS

Bursa Asia Dibuka Melemah Tertekan Deretan Tarif Baru Trump

Febrina Ratna Iskana 26/09/2025 09:31 WIB

Bursa saham Asia dibuka bergejolak pada Jumat (26/9/2025) setelah Trump mengumumkan deretan tarif baru yang memberatkan.

Bursa Asia Dibuka Melemah Tertekan Deretan Tarif Baru Trump. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannelBursa saham Asia dibuka bergejolak pada Jumat (26/9/2025) setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan deretan tarif baru yang memberatkan dan para pedagang mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga AS menyusul data ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan.

Pada Kamis kemarin, Trump mengumumkan bahwa AS akan mengenakan bea masuk 100 persen untuk obat-obatan bermerek impor, bea masuk 25 persen untuk truk berat, dan bea masuk 50 persen untuk lemari dapur.

Ia juga mengatakan akan mulai mengenakan bea masuk 50 persen untuk wastafel kamar mandi dan bea masuk 30 persenuntuk furnitur berlapis kain yang akan berlaku mulai 1 Oktober 2025.

Indeks farmasi Topix Jepang langsung turun 1,4 persen setelah berita tersebut, sementara saham perusahaan bioteknologi Australia CSL anjlok lebih dari 3 persen.

Nikkei turun 0,5 persen, sementara indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,45 persen.

"Saat ini, hal itu menambah sedikit ketidakpastian yang kita miliki dalam hal aset berisiko," kata analis pasar di IG, Tony Sycamore, dilansir dari Reuters, Jumat (26/9/2025).

Tantangan lain bagi pasar saham yaitu berkurangnya ekspektasi penurunan suku bunga agresif Federal Reserve (The Fed), setelah serangkaian data pada Kamis menunjukkan ekonomi AS masih dalam kondisi yang kurang baik.

"Banjir data, memberi ekonomi AS kesempatan baru untuk bangkit," kata para ekonom di Wells Fargo dalam sebuah catatan.

"Pada akhirnya, angka PDB terbaru menunjukkan bahwa ekonomi AS tidak dapat disangkal tangguh pada paruh pertama tahun ini meskipun pendekatan kebijakan perdagangan AS terkadang berubah-ubah," tulisnya.

Para pedagang memperkirakan penurunan suku bunga hanya sekitar 39 basis poin pada Desember tahun ini, turun dari lebih dari 40 basis poin awal pekan ini.

Fokus sekarang akan tertuju pada data PCE yang akan dirilis Jumat, yang dapat memberikan kejelasan lebih lanjut tentang prospek suku bunga.

"Ada optimisme bullish yang terbangun di pasar, karena semua orang mulai berpikir kita akan mendapatkan antara empat dan enam penurunan suku bunga, dan sekarang saya pikir kita mungkin melihat paling banyak empat, dan mungkin itu pun terasa agak terlalu murah hati pada saat ini hingga akhir tahun 2026," kata Sycamore dari IG.

Meskipun sebagian besar pembuat kebijakan The Fed terus bersikap hati-hati terhadap laju pelonggaran moneter di masa mendatang, pembuat kebijakan terbaru bank sentral, Stephen Miran, pada Kamis mendesak pemotongan suku bunga AS yang tajam untuk mencegah keruntuhan pasar tenaga kerja.

Menurunnya ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed pada gilirannya telah mengangkat dolar, yang sempat mendekati level 150 yen pada hari hari ini.

Euro terakhir kali dibeli di USD1,1668, setelah melemah 0,6 persen pada sesi sebelumnya, sementara poundsterling sedikit berubah di USD1,3344.

Di sektor komoditas, harga minyak naik pada hari Jumat, dengan minyak mentah Brent naik 0,24 persen menjadi USD69,59 per barel, sementara minyak mentah AS naik 0,43 persen menjadi USD65,26 per barel.

Trump mengatakan pada Kamis bahwa ia yakin Turki akan menyetujui permintaannya untuk menghentikan pembelian minyak Rusia dan bahwa ia mungkin akan mencabut sanksi AS terhadap Ankara agar dapat membeli jet tempur F-35 Amerika yang canggih, setelah pembicaraan selama dua jam dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan.

Sementara itu, harga emas spot sedikit menguat ke USD3.751,69 per ons.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE