MARKET NEWS

Bursa Asia Kompak Berguguran Didorong Ketegangan Hubungan AS-China

Dinar Fitra Maghiszha 17/12/2021 12:41 WIB

Bursa saham di kawasan Asia kompak berguguran pada perdagangan siang hari ini, Jumat (17/12/2021).

Bursa saham di kawasan Asia kompak berguguran pada perdagangan siang hari ini, Jumat (17/12/2021). (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bursa saham di kawasan Asia kompak berguguran pada perdagangan siang hari ini, Jumat (17/12/2021).

Hingga pukul 11:15 WIB, Hang Seng Hong Kong (HSI) melemah -1,36% di 23.155,50, Nikkei 225 Jepang (N225) turun -1,72% di 28.567, dan Shanghai Composite China (SSEC) anjlok -0,90% di 3.641,77.

Kospi Korea Selatan (KS11) terpuruk -0,32% di 2.996,64, dan Indonesia Composite Index / IHSG tertekan -0,50% di 6.561,73.

Seperti diketahui, otoritas di berbagai negara mulai melakukan pembatasan mobilitas di tengah laju penyebaran virus varian Omicron. Di sisi lain, sejumlah bank sentral turut memperketat kebijakan moneter untuk menahan ancaman laju kenaikan inflasi.

Indeks dolar sempat menyentuh area USD95,99, turun hampir 1% setelah Bank Sentral AS / Federal Reserve mengumumkan akan mempercepat pengurangan program pembelian obligasi dan bersiap untuk menaikkan suku lebih cepat tahun depan.

"Biasanya, setelah hasil pertemuan pejabat The Fed yang lebih hawkish, imbal hasil obligasi diperkirakan akan meningkat untuk mengantisipasi siklus pengetatan Fed," kata Analis Westpac mengacu pada pertemuan Rapat Komite Bank Sentral AS yang menetapkan kebijakan moneter.

Sementara itu, Analis Everbright Sun Hung Kai Sekuritas, Kenny Ng, mengatakan pelemahan yang terjadi di bursa Asia salah satunya disebabkan perhatian investor terhadap hubungan China-AS.

"Baru-baru ini sejumlah perusahaan baru di Amerika Serikat masuk ke dalam daftar sanksi. Ini berdampak pada sejumlah sahamnya. Pasar saham Hong Kong diperkirakan akan terus konsolidasi sebelum akhir tahun ini," tuturnya, dilansir Reuters, Jumat (17/12/2021).

Diketahui, pemerintah AS memberlakukan pembatasan investasi dan ekspor terhadap sejumlah perusahaan China pada hari Kamis, termasuk produsen drone DJI.

Otoritas Paman Sam dinilai masih membawa isu lama dengan menuduh China dan beberapa industri swasta melakukan penindasan minoritas Uyghur atau membantu militer dalam operasinya.

"Ini semakin meningkatkan ketegangan antara dua negara dengan ekonomi teratas di dunia itu,"pungkasnya. (TIA)

SHARE