Bursa Asia Kompak Menguat, Indonesia dan China Justru Tertekan
Bursa saham di kawasan Asia terpantau bergerak naik pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (12/11/2021).
IDXChannel - Bursa saham di kawasan Asia terpantau bergerak naik pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (12/11/2021). Pembacaan investor atas tingkat inflasi di Amerika Serikat masih menjadi perhatian utama.
Hingga pukul 10:43 WIB, Nikkei 225 Jepang (N225) naik 1,05 persen di level 29.585, Hang Seng Hong Kong (HSI) melesat 0,15 persen di 25.286.
Kospi Korea Selatan (KS11) melesat 1,41 persen di 2.966, dan S&P/ASX 200 Australia (AXJO) menanjam 0,87 persen di 7.446. Straits Times Singapura menguat 0,02 persen di 3.238.
Sementara itu, ketika yang lainnya naik, tekanan justru dirasakan Indonesia Composite Index sebesar -0,31 persen di 6.670,3, dan juga Shanghai Composite Index China (SSEC) -0,01 persen di 3.532.
Diketahui, sentimen pergerakan pasar modal di Asia sebagian besar didorong oleh sentimen pembacaan inflasi AS yang menyentuh rekornya dalam 30 tahun terakhir dan menghadirkan asumsi terhadap kenaikan suku bunga.
Data AS yang dirilis pada hari Rabu (10/11) menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (CPI) tumbuh 6,2% tahun-ke-tahun dan 0,9% bulan-ke-bulan di Oktober, sedangkan CPI inti naik 4,6% tahun-ke-tahun dan 0,6% bulan-bulan. pada bulan.
Data dari hari Selasa (9/10) menunjukkan bahwa indeks harga produsen tumbuh 0,6% bulan ke bulan dan 8,6% tahun ke tahun. PPI inti tumbuh 0,4% bulan ke bulan. Data inflasi menunjukkan bahwa inflasi dapat tetap tinggi hingga tahun 2022, karena kemacetan tetap ada dalam rantai pasokan.
"Inflasi jelas merupakan risiko yang harus diwaspadai. Tetapi harga saham akan menghadapi kehancuran besar jika Federal Reserve tepaksa untuk menaikkan suku bunga dengan cepat," kata Norihiro Fujito, kepala strategi investasi di Mitsubishi UFJ, Morgan Stanley Securities, dilansir Reuters, Jumat (12/11/2021).
Namun demikian, lonjakan inflasi saat ini disebabkan karena adanya kendala dalam pasokan di seluruh dunia. Analis meyakini banyak investor masih berpikir tekanan inflasi pada akhirnya akan mereda, bukannya menguat.
"Jika kita melewati musim belanja liburan akhir tahun, ketika permintaan memuncak, mungkin inflasi bisa mereda," kata Analis Daiwa Securities, Hirokazu Kabeya.
Seperti diketahui, data penjualan ritel AS untuk Oktober dijadwalkan akan dirilis pada Selasa depan (16/11).
"Tingkat konsumsi saat musim liburan di AS diperkirakan akan naik 8,5% hingga 10% tahun ini, dengan asumsi ada pembelian lebih awal dari konsumen karena kekhawatiran atas gangguan pasokan. Jika itu masalahnya, kita bakal melihat angka penjualan ritel yang cukup kuat di masa depan. Ini bakal jadi pekan yang positif untuk pasar modal," pungkasnya. (NDA)