Bursa Asia Mayoritas Amblas, Cuma IHSG yang Merangkak Naik
Mayoritas bursa di kawasan Asia bergerak di zona merah pada perdagangan Jumat (18/2/2022) pagi.
IDXChannel - Mayoritas bursa di kawasan Asia bergerak di zona merah pada perdagangan Jumat (18/2/2022) pagi. Analis menduga hal ini terjadi karena investor masih memantau munculnya kembali ketegangan konflik yang sedang berlangsung di Ukraina.
Hingga pukul 09:36 WIB, Nikkei 225 Jepang (N225) turun -0,41% di 27.121, KOSPI Korea Selatan (KS11) terpuruk -0,24% di 2.737,39 dan Hang Seng Hong Kong (HSI) tertekan -0,37% di 24.701.
Shanghai Composite China (SSEC) dan Taiwan Weighted (TWII) merosot masing-masing -0,03% di 3.466,95 dan -0,38% di 18.199,80.
Adapun Straits Times Singapura koreksi -0,07% di 3.439,05, Australia ASX 200 (AXJO) turun -0,64% di 7.249,30, sementara berbeda dari lainnya, Indonesia Composite Index / IHSG tumbuh 0,27% di 6.853,55.
Data inflasi Jepang yang dirilis sebelumnya menunjukkan indeks harga konsumen inti (CPI) bulan Januari 2022 tumbuh 0,2% yoy, sedangkan CPI nasional menguat 0,5% yoy.
Bursa global tampak tengah bersiap untuk mengantisipasi tekanan jual pada pertengangan Februari sebagai respons kekhawatiran atas ketegangan di Ukraina dan kemungkinan kebijakan moneter Federal Reserve AS yang lebih ketat.
Ekspektasi bahwa The Fed akan mulai menaikkan suku bunga pada Maret 2022 sedikit mereda karena ketegangan di Ukraina saat ini tengah menjadi sorotan.
Namun, investor terus mempertimbangkan dampak dari kebijakan moneter yang lebih ketat terhadap pemulihan ekonomi global, setelah pada pertemuan pemimpin ekonomi dan bank sentral di forum G-20 kompak memperingatkan bahaya inflasi.
"Penting untuk diingat bahwa The Fed tidak akan mulai menarik kembali dukungannya terhadap ekonomi, baik dalam hal pembelian neraca atau kenaikan suku bunga, jika mereka tidak mencoba menstabilkan ekonomi," kata Wakil Kepala Investasi BMO Family Office LLC Carol Schleif kepada Bloomberg, Jumat (18/2/2022).
Sejumlah pejabat Fed dalam pernyataan mereka beberapa hari terakhir tampaknya mulai serempak mengarah pada kenaikan suku bunga.
Gubernur Fed wilayah St. Louis James Bullard mengatakan pada Kamis kemarin (17/2) bahwa bank sentral perlu untuk menaikkan target suku bunga netral apabila ingin menurunkan inflasi. Gubernur Fed wilayah Cleveland Loretta Mester menegaskan dukungannya atas kenaikan suku bunga pada bulan Maret dan pengetatan kebijakan moneter dengan segera jika diperlukan untuk mengekang inflasi.
Pejabat Fed lainnya, termasuk Charles Evans, Christopher Waller, dan Lael Brainard, akan berbicara di Forum Kebijakan Moneter AS di kemudian hari.
“Sulit bagi pasar yang tampaknya didorong oleh berita-berita di mana kita mendapatkan narasi yang kontradiktif, ada begitu banyak kebisingan. Pergerakan volatilitas masih tetap tinggi ke depan,” kata Kepala Penelitian Pepperstone Financial Pty, Chris Weston dalam sebuah catatan. (TYO)