Bursa Asia Melemah di Awal Pekan, Hang Seng Jatuh 2 Persen
Bursa saham Asia merosot pada Senin (2/6/2025) pagi, seiring investor menghadapi ketidakpastian kebijakan tarif dari Gedung Putih.
IDXChannel - Bursa saham Asia merosot pada Senin (2/6/2025) pagi, seiring investor menghadapi ketidakpastian kebijakan tarif dari Gedung Putih dan menantikan data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang penting serta pemangkasan suku bunga di Eropa yang sudah diperkirakan.
Indeks saham Hong Kong melemah ke level terendah dalam tiga pekan pada awal perdagangan Senin, tertekan oleh kekhawatiran baru terkait ketegangan tarif antara China dan Amerika Serikat.
Indeks acuan Hang Seng turun 2,33 persen ke 22.748, sementara Indeks Hang Seng China Enterprises yang melacak perusahaan-perusahaan China di luar daratan anjlok 2,7 persen.
Kekhawatiran mengenai ketegangan dagang China-AS kembali mencuat pada Senin, setelah adanya perselisihan baru mengenai tarif.
Melansir dari Reuters, Kementerian Perdagangan China mengecam tuduhan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa Beijing telah melanggar konsensus dalam perundingan di Jenewa, menyebutnya tidak berdasar dan berjanji akan mengambil langkah tegas untuk melindungi hak serta kepentingan sahnya.
Pelemahan terjadi di semua sektor, termasuk Indeks Teknologi Hang Seng, subindeks properti, dan sektor kesehatan yang masing-masing merosot lebih dari 3 persen.
Berita tersebut turut juga menekan Indeks Nikkei 225 Jepang sebesar 1,47 persen. Saham-saham baja Jepang, dengan JFE Holdings dan Kobe Steel masing-masing turun 1,8 persen dan 1,0 persen. Nippon Steel melemah 0,5 persen, tetapi masih mendapat sedikit penopang dari pujian Trump terhadap rencana penggabungan perusahaannya dengan US Steel.
Penurunan meluas ke beberapa sektor utama lainnya. Saham yang mencatatkan penurunan signifikan antara lain Disco (-2,2 persen), Mitsubishi UFJ Financial Group (-2,1 persen), Sanrio (-1,7 persen), Tokyo Electron (-1,5 persen), dan Advantest (-3,3 persen).
Investor berhati-hati di tengah memanasnya ketegangan perdagangan dan ketidakpastian mengenai masa depan hubungan ekonomi antara Amerika Serikat dan Jepang.
ASX 200 Australia juga terbenam, yakni 0,13 persen, sedangkan STI Singapura turun 0,40 persen.
Berbeda, KOSPI Korea Selatan menguat 0,20 persen.
Hampir tidak ada reaksi terhadap ancaman Trump pada Jumat malam untuk menggandakan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50 persen mulai 4 Juni, langkah mendadak yang memicu kemarahan para negosiator Uni Eropa.
Berbicara pada Minggu, Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan Trump akan segera berbicara dengan Presiden China Xi Jinping untuk menyelesaikan perselisihan mengenai mineral penting.
Pejabat Gedung Putih terus meremehkan putusan pengadilan yang menyatakan bahwa Trump telah melampaui wewenangnya dengan memberlakukan tarif menyeluruh pada impor dari mitra dagang AS.
“Putusan pengadilan akan mempersulit langkah kebijakan perdagangan ke depan, tetapi masih banyak ketentuan yang tersedia bagi pemerintahan untuk mencapai tujuannya,” ujar Kepala Ekonom JPMorgan, Bruce Kasman.
“Ada komitmen untuk mempertahankan tarif minimum Amerika Serikat setidaknya 10 persen dan mengenakan kenaikan tarif sektoral lebih lanjut,” imbuhnya.
“Peningkatan tarif ASEAN untuk mencegah transhipment kemungkinan terjadi, dan kecenderungan untuk menaikkan tarif AS-UE masih tetap ada,” kata Kasman.
Pasar akan menantikan apakah Trump benar-benar memberlakukan tarif 50 persen pada Rabu atau kembali mundur, seperti yang telah beberapa kali dilakukan sebelumnya. (Aldo Fernando)