MARKET NEWS

Bursa Asia Melemah di Tengah Ketegangan Dagang Baru AS-China

TIM RISET IDX CHANNEL 23/10/2025 09:25 WIB

Bursa saham Asia melemah untuk hari kedua berturut-turut pada Kamis (23/10/2025), terseret laporan kinerja yang mengecewakan dari sejumlah raksasa teknologi.

Bursa Asia Melemah di Tengah Ketegangan Dagang Baru AS-China. (Foto: Reuters)

IDXChannel – Bursa saham Asia melemah untuk hari kedua berturut-turut pada Kamis (23/10/2025), terseret laporan kinerja yang mengecewakan dari sejumlah raksasa teknologi yang memperdalam aksi jual di Wall Street.

Sementara itu, sanksi baru Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia dan China kembali memunculkan kekhawatiran geopolitik. Di sisi lain, harga minyak melonjak tajam.

Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,3 persen, sedangkan indeks Nikkei 225 di Jepang anjlok 1,5 persen.

Saham-saham China di Hong Kong juga melemah 0,4 persen setelah Reuters melaporkan bahwa Gedung Putih tengah mempertimbangkan rencana untuk membatasi berbagai ekspor berbasis perangkat lunak ke China sebagai balasan atas pembatasan ekspor logam tanah jarang yang diberlakukan Beijing.

“Dengan tidak adanya data makro baru yang bisa menjadi penopang sentimen, investor cenderung bersikap defensif sementara kunjungan Presiden Trump ke Asia kembali memicu kegelisahan geopolitik,” ujar Kepala Strategi Investasi di Saxo Bank Singapura, Charu Chanana, dikutip Reuters.

Chanana menambahkan, “Isu pembatasan ekspor perangkat lunak AS ke China telah memukul sentimen sektor teknologi di titik paling sensitif, dan sanksi baru terhadap Rusia mengingatkan bahwa risiko geopolitik belum akan mereda.”

Pasar saham global mulai menjauh dari rekor tertingginya seiring dimulainya musim laporan keuangan. Meskipun hasil maupun prospek dari sejumlah raksasa teknologi mengecewakan investor, sebagian besar perusahaan yang sudah melaporkan kinerja sejauh ini masih mampu melampaui perkiraan analis.

Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,2 persen setelah Bank of Korea mempertahankan suku bunga acuannya, sesuai dengan perkiraan para analis yang disurvei Reuters.

Harga minyak Brent naik 2,3 persen menjadi USD64 per barel setelah Presiden AS Donald Trump pada Rabu menjatuhkan sanksi terkait Ukraina untuk pertama kalinya di masa jabatan keduanya, dengan menargetkan perusahaan minyak Rusia Lukoil dan Rosneft.

Langkah itu bertepatan dengan persetujuan Uni Eropa atas paket sanksi ke-19 terhadap Moskow, termasuk larangan impor gas alam cair asal Rusia.

Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah, bensin, dan distilat AS turun pekan lalu karena peningkatan aktivitas penyulingan dan permintaan.

Kontrak berjangka (futures) indeks S&P 500 naik tipis 0,1 persen setelah bursa AS melemah dua hari berturut-turut akibat laporan keuangan perusahaan teknologi besar yang tidak memenuhi ekspektasi analis.

Saham Netflix merosot lebih dari 10 persen pada Rabu setelah proyeksi kinerjanya untuk kuartal mendatang tidak mampu menarik minat investor.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun tercatat stabil di 3,955 persen, naik 0,2 basis poin dibandingkan penutupan sebelumnya di 3,953 persen.

Investor semakin yakin bahwa langkah pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve (The Fed) hampir pasti terjadi.

Fed funds futures menunjukkan probabilitas 96,7 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 29 Oktober mendatang, sedikit turun dari peluang 98,3 persen sehari sebelumnya, menurut alat pantau FedWatch dari CME Group.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, tercatat menguat tipis 0,1 persen di level 99,03. (Aldo Fernando)

SHARE