Bursa Asia Melemah Diterpa Tarif Baru AS, Pasar Menanti Data Tenaga Kerja
Bursa saham Asia melemah pada Jumat (1/8/2025) setelah Amerika Serikat (AS) memberlakukan tarif tinggi terhadap puluhan mitra dagangnya.
IDXChannel – Bursa saham Asia melemah pada Jumat (1/8/2025) setelah Amerika Serikat (AS) memberlakukan tarif tinggi terhadap puluhan mitra dagangnya.
Sementara itu, investor menantikan data ketenagakerjaan AS yang dapat menjadi penentu arah suku bunga Federal Reserve (The Fed) bulan depan.
Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,7 persen, mencatatkan penurunan mingguan sebesar 1,8 persen. Indeks KOSPI Korea Selatan anjlok 2,79 persen, sementara indeks saham Taiwan melemah 0,9 persen.
Indeks Nikkei Jepang turun 0,23 persen. Saham-saham unggulan China relatif datar, sementara indeks Hang Seng di Hong Kong mencatat tergerus 0,26 persen.
Pada Kamis malam, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif antara 10 persen hingga 41 persen atas berbagai impor dari puluhan negara dan wilayah. Tarif sebesar 25 persen dikenakan untuk ekspor India ke AS, 20 persen untuk Taiwan, 19 persen untuk Thailand, dan 15 persen untuk Korea Selatan.
Trump juga menaikkan bea masuk terhadap barang-barang dari Kanada menjadi 35 persen dari sebelumnya 25 persen, untuk produk yang tidak tercakup dalam perjanjian dagang AS-Meksiko-Kanada. Namun, Meksiko diberi kelonggaran selama 90 hari guna merundingkan kesepakatan dagang yang lebih luas.
Presiden Taiwan Lai Ching-te menyatakan tarif tersebut bersifat sementara dan diperkirakan diturunkan lebih lanjut setelah kesepakatan tercapai.
“Reaksi pasar sejauh ini masih tergolong moderat. Sebagian alasannya adalah karena kesepakatan dagang baru-baru ini dengan Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan sedikit meredam dampaknya,” ujar analis IG, Tony Sycamore, dikutip Reuters.
“Pasar tampaknya melihat bahwa tarif ini masih bisa dinegosiasikan ulang dan diturunkan seiring waktu,” imbuh Sycamore.
Futures indeks EUROSTOXX 50 turun 0,2 persen. Futures Nasdaq dan S&P 500 juga melemah 0,2 persen setelah laporan kinerja Amazon tidak memenuhi ekspektasi tinggi pasar, menyebabkan sahamnya turun 6,6 persen pada perdagangan setelah jam bursa.
Di Wall Street, indeks saham gagal mempertahankan penguatan awal pada Kamis malam. Data menunjukkan inflasi naik pada Juni, didorong oleh tarif baru yang meningkatkan harga barang, sehingga memicu kekhawatiran bahwa tekanan inflasi dapat meningkat. Klaim tunjangan pengangguran mingguan mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja masih dalam kondisi stabil.
Kontrak berjangka suku bunga The Fed kini mencerminkan peluang pemangkasan suku bunga pada September hanya sebesar 39 persen, turun dari 65 persen sebelum The Fed memutuskan menahan suku bunga pada Rabu, menurut data CME FedWatch.
Saat ini, perhatian pasar tertuju pada data tenaga kerja AS yang akan dirilis hari ini. Jika hasilnya melebihi ekspektasi, peluang pemangkasan suku bunga bulan depan bisa semakin mengecil. Konsensus memperkirakan pertambahan lapangan kerja sebesar 110.000 pada Juli, dengan tingkat pengangguran diperkirakan naik menjadi 4,2 persen dari sebelumnya 4,1 persen.
Dolar AS mendapat dukungan dari meredanya ekspektasi pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Indeks dolar naik 2,5 persen sepanjang pekan ini menjadi 100,1—level tertinggi dalam dua bulan—dan mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak akhir 2022. (Aldo Fernando)