Bursa Asia Menguat, Pasar Masih Tunggu Sinyal Suku Bunga The Fed
Bursa Asia sebagian besar menguat pada awal perdagangan Jumat (7/6/2024).
IDXChannel - Bursa Asia sebagian besar menguat pada awal perdagangan Jumat (7/6/2024). Pasar masih cenderung wait and see melihat arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
Pada Kamis (6/6), bank sentral Eropa (ECB) menurunkan suku bunga utamanya sebesar 25 basis points (bps) pada Juni, sesuai perkiraan pasar.
Suku bunga fasilitas simpanan di kawasan tersebut kini turun menjadi 3,75 persen.
Namun, para pengambil kebijakan mencatat bahwa tekanan harga masih kuat dan inflasi kemungkinan akan tetap berada di atas target hingga tahun depan.
Indeks saham-saham di Hong Kong, Australia, Jepang, Korea Selatan, hingga indeks saham China menguat, sementara indeks Jepang melemah.
Pada pukul 09.30 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,073 persen di level 18.490. Pada saat yang sama, indeks saham Nikkei 225 Jepang loyo 0,2 persen di level 38.626.
Sementara, indeks ASX 200 Australia menguat 0,26 persen di level 7.842,5. Indeks KOSPI Korea Selatan juga masih menguat 0,78 persen di level 2.710 dan indeks Shanghai Composite naik tipis 0,03 persen pada saat bersamaan di level 3.049,76. (Lihat grafik di bawah ini.)
Dari Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,03 persen di level 6.972 pada pukul 09.32 WIB. Pada sesi sebelumnya, IHSG ditutup menguat 0,39 persen ke level 6.974,89.
Indeks acuan KOSPI menguat memperpanjang kenaikan dari sesi sebelumnya karena investor kembali dari hari libur.
Saham produsen baterai dan sektor keuangan memimpin kenaikan, dengan kenaikan signifikan yang diraih oleh LG Energy Solution (1 persen), Samsung SDI (1,8 persen), Shinhan Financial (2,5 persen), dan Samsung Life (2,8 persen).
Selain itu, produsen chip juga menguat, dengan SK Hynix naik 4,8 persen, sementara pesaingnya Samsung Electronics naik tipis 0,3 persen.
Sementara itu, investor menantikan data pekerjaan utama AS yang akan dirilis hari ini, yang kemungkinan akan menentukan arah kebijakan suku bunga The Fed.
Selama seminggu, indeks KOSPI Korea Selatan diperkirakan melonjak 2,8 persen, menjadi kenaikan mingguan terbaik sejak pertengahan Maret 2024. (ADF)
Indeks Nikkei 225 Jepang melemah karena kehati-hatian investor menjelang laporan ketenagakerjaan bulanan utama AS dan arah suku bunga The Fed.
Di Jepang, investor mencerna data yang menunjukkan rata-rata belanja rumah tangga pada bulan April naik 3,4 persen secara nominal dan naik 0,5 persen secara riil, menandai kenaikan pertama dalam belanja rumah tangga riil sejak Februari tahun lalu.
Kenaikan penting terlihat dari indeks kelas berat seperti Kawasaki Kisen (0,9 persen), Sumitomo Mitsui (0,9 persen) dan Tokyo Electric Power (0,6 persen), sedangkan kerugian terlihat dari Mitsubishi UFJ (-1,3 persen), SoftBank Group (-0,8 persen ) dan Tokyo Electron (-0,6 persen).
Dalam berita perusahaan, Shionogi & Co anjlok 14 persen setelah raksasa farmasi Jepang itu merilis laporan penelitian dan pengembangan terbaru yang merinci proyek-proyek pipanya.
Aset cadangan di Jepang juga dilaporkan turun secara signifikan menjadi USD1,232 triliun pada Mei 2024 dari USD1,279 triliun, terendah sejak Februari tahun lalu karena pemerintah melakukan operasi intervensi valuta asing untuk mempertahankan yen.
Total aset cadangan Jepang dipecah menjadi cadangan mata uang asing (USD1,087 triliun), posisi cadangan IMF (USD10,659 juta), SDR (USD56,930 juta), emas (USD63,870 juta) dan aset cadangan lainnya (USD13,579 juta).
Jepang sebelumnya melaporkan menghabiskan 9.788,5 miliar yen dari 26 April 2024 hingga 29 Mei 2024 dalam operasi intervensi valuta asing.
Pasar juga tengah menanti data neraca perdagangan China untuk Mei. (ADF)