MARKET NEWS

Bursa Asia Menguat, Pasar Waspada Jelang Data Inflasi AS

TIM RISET IDX CHANNEL 11/08/2025 09:17 WIB

Bursa saham Asia cenderung menguat pada Senin (11/8/2025), didukung kinerja positif emiten yang menjaga valuasi tinggi di sektor teknologi.

Bursa Asia Menguat, Pasar Waspada Jelang Data Inflasi AS. (Foto: Reuters)

IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung menguat pada Senin (11/8/2025), didukung kinerja positif emiten yang menjaga valuasi tinggi di sektor teknologi. Pasar juga menanti laporan penting inflasi Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan menjadi penentu arah dolar dan obligasi.

Bursa Jepang libur, tetapi kontrak berjangka Nikkei berada di 42.290, jauh di atas penutupan tunai 41.820, mengindikasikan indeks berpotensi menguji rekor tertinggi 42.426 pekan ini. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis, sementara KOSPI Korea Selatan terkerek 0,10 persen setelah melesat 2,9 persen pekan lalu.

Shanghai Composite mendaki 0,25 persen, Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,07 persen dan ASX 200 Australia tumbuh 0,33 persen. Berbeda, STI Index turun tipis 0,03 persen.

Kontrak berjangka (futures) S&P 500 dan Nasdaq sama-sama naik 0,1 persen, mendekati rekor tertinggi. Pasar masih mencerna laporan Financial Times bahwa raksasa teknologi Nvidia dan AMD setuju memberikan 15 persen dari pendapatan penjualan chip di China kepada pemerintah AS sebagai syarat untuk memperoleh lisensi ekspor.

Futures EUROSTOXX 50 naik 0,2 persen, FTSE datar, dan DAX bertambah 0,3 persen.

Isu perdagangan dan geopolitik turut membayangi, dengan tenggat pemberlakuan tarif AS terhadap China yang berakhir Selasa dan diproyeksikan kembali diperpanjang.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump dijadwalkan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Jumat untuk membahas Ukraina.

Mengutip Reuters, data ekonomi utama pekan ini adalah indeks harga konsumen AS pada Selasa. Analis memperkirakan dampak tarif mendorong inflasi inti naik 0,3 persen, atau ke laju tahunan 3,0 persen, menjauh dari target 2 persen Federal Reserve (The Fed).

Kenaikan di atas perkiraan bisa mengganggu ekspektasi pasar atas pemangkasan suku bunga pada September, meski analis menilai angkanya harus sangat tinggi mengingat pelemahan data ketenagakerjaan kini lebih memengaruhi prospek kebijakan.

“Kami melihat perubahan nada dari The Fed setelah sejumlah pejabat menyatakan kekhawatiran soal pertumbuhan pasca rilis laporan ketenagakerjaan Juli,” ujar Kepala Ekonom JPMorgan Bruce Kasman.

“Kami kini memperkirakan The Fed memulai kembali siklus pelonggaran pada September. Risiko resesi cukup tinggi, di kisaran 40 persen, namun kami belum melihat alasan untuk memangkas lebih dari 25 bps secara berturut-turut.”

Pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga pada September sekitar 90 persen, dengan setidaknya satu pemangkasan lagi sebelum akhir tahun. Calon gubernur The Fed pilihan Trump, Stephen Miran, belum pasti akan menjabat tepat waktu untuk ikut memberi suara, sementara kandidat ketua The Fed yang baru telah mengerucut menjadi sekitar 10 orang.

Prospek suku bunga yang lebih rendah memberi dukungan pada pasar saham, diiringi musim laporan keuangan yang solid.

Analis BofA mencatat 73 persen emiten melaporkan laba di atas perkiraan—jauh di atas rata-rata jangka panjang 59 persen—dan 78 persen melampaui target pendapatan.

“Meski penyebutan ‘permintaan lemah’ meningkat dan kekhawatiran tarif tetap ada, sentimen dan panduan korporasi membaik,” kata analis BofA dalam catatannya. (Aldo Fernando)

>

SHARE