MARKET NEWS

Bursa Asia Menguat, Penangguhan Tarif Dongkrak Sentimen Pasar

TIM RISET IDX CHANNEL 12/08/2025 09:14 WIB

Sebagian besar bursa saham Asia menguat pada Selasa (12/8/2025), didorong perpanjangan penangguhan tarif antara dua ekonomi terbesar dunia.

Bursa Asia Menguat, Penangguhan Tarif Dongkrak Sentimen Pasar. (Foto: Reuters)

IDXChannel – Sebagian besar bursa saham Asia menguat pada Selasa (12/8/2025), didorong perpanjangan penangguhan tarif antara dua ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat (AS) dan China.

Sementara itu, saham Jepang mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, ditopang lonjakan saham teknologi setelah libur panjang akhir pekan.

Mengutip Reuters, Presiden AS Donald Trump pada Senin memperpanjang penangguhan tarif dengan China selama 90 hari, mencegah pemberlakuan bea masuk tiga digit untuk produk-produk China. Keputusan ini sudah banyak diperkirakan pelaku pasar.

Sentimen investor dalam beberapa pekan terakhir mendapat dukungan dari ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed), kuatnya laba korporasi AS, serta kepastian terkait kebijakan tarif perdagangan AS terhadap mitra dagang utama.

Indeks Nikkei Jepang naik 2,51 persen ke rekor tertinggi, mengikuti tren positif bursa global tahun ini.

Di Australia, indeks acuan ASX 200 juga mencetak rekor, naik 0,15 persen menjelang rapat kebijakan moneter bank sentral yang secara luas diperkirakan memangkas suku bunga.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang sedikit menguat, sementara saham unggulan China CSI 300 tumbuh 0,47 persen dan indeks Hang Seng Hong Kong turun tipis 0,18 persen pada awal perdagangan.

Shanghai Composite terkerek 0,39 persen dan Kospi Korea Selatan mendaki 0,82 persen.

Pasar masih bergerak dalam kisaran terbatas dalam beberapa pekan terakhir, menunggu kepastian apakah AS dan China dapat mencapai kesepakatan dagang yang berkelanjutan atau justru kembali memicu kekacauan rantai pasok global dengan tarif impor tinggi.

“Perpanjangan penangguhan tarif ini untuk sementara mempertahankan status quo, sehingga tidak ada dampak langsung bagi pasar investasi,” ujar Kepala Ekonom sekaligus Kepala Strategi Investasi AMP di Sydney, Shane Oliver.

AS dan China telah terlibat perang tarif saling balas sepanjang tahun, dengan serangkaian pertemuan di Jenewa, London, dan Stockholm sejak Mei yang fokus menurunkan bea balasan dari level tiga digit.

Perpanjangan penangguhan tarif ini membuka ruang bagi investor untuk fokus pada pekan yang padat agenda, mulai dari rilis data inflasi AS, keputusan suku bunga bank sentral Australia, hingga pertemuan puncak pertama antara pemimpin AS dan Rusia sejak Juni 2021.

Pelaku pasar memperkirakan RBA memangkas suku bunga 25 basis poin pada Selasa, dengan satu kali pemangkasan lagi diperkirakan pada November. Perhatian investor akan tertuju pada komentar dan proyeksi bank sentral.

“Ketidakpastian terletak pada arah panduannya, terutama apakah mereka masih melihat ruang pemangkasan lebih lanjut dan apakah langkahnya akan tetap bertahap,” ujar Oliver.

Secara global, fokus tertuju pada rilis data inflasi konsumen AS pada Selasa. Survei Reuters memproyeksikan inflasi inti bulanan naik 0,3 persen pada Juli, lebih cepat dari 0,2 persen pada bulan sebelumnya.

“Data CPI akan menjadi ujian penting bagi arah pasar. Data yang lebih lemah bisa mengangkat saham berkapitalisasi kecil, tetapi untuk saat ini, saham mega-cap masih memimpin,” kata Kepala Investasi Lucerne Investment Management, Marc Velan.

Jika inflasi lebih tinggi dari perkiraan, pasar bisa lebih berhati-hati terhadap peluang pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini.

Saat ini, pelaku pasar memperkirakan setidaknya dua kali pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada 2025, sementara J.P. Morgan memproyeksikan empat kali pemangkasan beruntun mulai September. (Aldo Fernando)

>

SHARE