Bursa Asia Naik, Rebound Wall Street Angkat Sentimen
Bursa saham Asia menguat pada Rabu (3/12/2025), di tengah rebound di Wall Street setelah tekanan jual singkat di pasar obligasi global dan kripto mulai mereda.
IDXChannel – Bursa saham Asia menguat pada Rabu (3/12/2025), di tengah rebound di Wall Street setelah tekanan jual singkat di pasar obligasi global dan kripto mulai mereda.
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,3 persen, sedangkan Nikkei Jepang naik 1,18 persen. KOSPI Korea Selatan terkerek 1,03 persen, ASX 200 Australia mendaki 0,09 persen, dan STI Singapura naik 0,30 persen.
Berbeda, Shanghai Composite melemah 0,18 persen dan Hang Seng Hong Kong turun 1,00 persen.
Mengutip Reuters, ketenangan kembali menyelimuti pasar setelah awal pekan yang bergejolak, ketika ekspektasi kenaikan suku bunga di Jepang memicu aksi jual obligasi global dan memperdalam tekanan pada aset kripto, sehingga saham ikut terseret dalam arus keluar dari aset berisiko.
Bitcoin kembali menembus level USD90.000, sementara kontrak berjangka Nasdaq dan S&P 500 masing-masing naik 0,1 persen.
“Pergerakan spread dan yen mungkin kembali membangkitkan kekhawatiran soal carry trade dan penutupan posisi leverage,” ujar ahli strategi pasar global di J.P. Morgan Asset Management, Kerry Craig, merujuk pada kemungkinan menyempitnya selisih suku bunga AS-Jepang
Ia menambahkan, “Benar atau tidak, sempat ada periode ketika kinerja kripto dijadikan ukuran sentimen risiko, tetapi pasar juga sangat sensitif terhadap kondisi likuiditas yang lebih luas.”
Pergerakan obligasi pemerintah Jepang (JGB) relatif lebih tenang pada sesi Asia awal Rabu, meski masih berada di bawah tekanan seiring meningkatnya spekulasi kenaikan suku bunga Bank of Japan (BOJ) akhir bulan ini.
Imbal hasil JGB tenor lima tahun menyentuh level tertinggi sejak Juni 2008 di 1,38 persen, sementara imbal hasil tenor 40 tahun naik 1 basis poin menjadi 3,695 persen. Imbal hasil bergerak berlawanan arah dengan harga.
Dengan minimnya pemicu pasar utama saat ini, fokus analis juga kembali pada ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pekan depan, yang membantu meningkatkan sentimen.
“Saya tidak melihat alasan mengapa saham tidak akan tetap ditopang menuju pemangkasan suku bunga FOMC pekan depan, dan setelah itu kita memasuki periode manis di pertengahan Desember ketika pasar saham biasanya reli,” kata analis pasar di IG, Tony Sycamore. Secara historis, Desember memang bulan yang baik bagi saham.
Investor juga mulai memperhitungkan sikap The Fed yang lebih dovish, dengan pandangan bahwa penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, yang dikabarkan menjadi kandidat terkuat ketua The Fed berikutnya, bakal melanjutkan pemangkasan suku bunga setelah menggantikan Jerome Powell.
Presiden AS Donald Trump pada Selasa mengatakan akan mengumumkan calon ketua The Fed awal tahun depan dan telah mengerucutkan pilihannya pada satu nama. (Aldo Fernando)