Bursa Asia: Nikkei Jepang Jatuh 4 Persen saat Indeks Hang Seng-Shanghai Cs Naik
Bursa saham Asia cenderung menguat di awal perdagangan Senin (30/9/2024), setelah China mengumumkan langkah-langkah stimulus tambahan.
IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung menguat di awal perdagangan Senin (30/9/2024), setelah China mengumumkan langkah-langkah stimulus tambahan.
Namun, indeks Nikkei Jepang turun tajam di tengag kekhawatiran bahwa perdana menteri baru Jepang lebih memilih normalisasi suku bunga.
Menurut data pasar, pukul 09.21 WIB, Hang Seng Index Hong Kong meningkat 1,61 persen dan Shanghai Composite Index naik tajam 3,82 persen.
Kemudian, indeks Straits Times Singapura tumbuh 0,25 persen dan ASX 200 Australia terapresiasi 0,75 persen.
Berbeda, Nikkei 225 Jepang malah terbenam 4,67 persen seiring investor menunggu arahan lebih lanjut dari Perdana Menteri baru Shigeru Ishiba, yang sebelumnya kritis terhadap kebijakan longgar Bank of Japan (BOJ).
Namun, pada akhir pekan lalu, Ishiba bersikap lebih akomodatif dengan mengatakan bahwa kebijakan moneter "harus tetap mendukung" mengingat kondisi ekonomi saat ini.
"Ishiba telah mendukung niat BoJ untuk menormalkan kebijakan moneter, meskipun belum jelas mengenai kecepatan dan waktunya," kata ekonom HSBC Jun Takazawa.
"Jika langkah-langkah stimulus tambahan terlaksana, ini juga kemungkinan akan memperkuat tren pemulihan dalam pengeluaran, yang pada gilirannya memperkuat keyakinan BoJ untuk menaikkan suku bunga secara bertahap," ujarnya.
"Secara keseluruhan, kami melihat prospek yang konstruktif untuk Jepang,” tutur Takazawa.
Indeks KOSPI Korea Selatan juga turun 0,95 persen.
Serangan Israel yang terus berlanjut di Lebanon menambah ketidakpastian geopolitik, meskipun harga minyak tetap tertekan oleh risiko peningkatan pasokan.
Pekan ini dipenuhi dengan data ekonomi utama AS, termasuk laporan penggajian yang bisa menentukan apakah Federal Reserve (The Fed) akan melakukan pemotongan suku bunga besar lagi pada November.
Sementara itu, di China, bank sentral mengatakan akan meminta bank untuk menurunkan suku bunga hipotek (kredit pemilikan rumah/KPR) yang ada pada akhir Oktober, kemungkinan sebesar 50 basis poin.
Ini mengikuti rangkaian dukungan moneter, fiskal, dan likuiditas yang diumumkan pekan lalu sebagai paket stimulus terbesar Beijing sejak pandemi.
"Kami yakin risiko deflasi sekarang ditanggapi lebih serius," kata Christian Keller, kepala riset ekonomi di Barclays.
"Pada saat yang sama, Politbiro menunjukkan kemungkinan adanya konsensus di Beijing bahwa stimulus fiskal dan pengungkit pemerintah pusat diperlukan untuk menghentikan penurunan."
Keller menyebut, hal tersebut adalah pergeseran penting di pasar yang sebelumnya mengharapkan lebih dari sekadar langkah minimum. (Aldo Fernando)