MARKET NEWS

Bursa Asia Pulih Cepat Berkat Indeks Nikkei Jepang Melesat 8 Persen

TIM RISET IDX CHANNEL 06/08/2024 09:26 WIB

Bursa Asia pulih di awal perdagangan Selasa (6/8) usai terkena aksi jual besar-besaran pada Senin (5/8) di tengah kekhawatiran resesi Amerika Serikat (AS).

Bursa Asia Pulih Cepat Berkat Indeks Nikkei Jepang Melesat 8 Persen. (Foto: Reuters)

IDXChannel – Bursa saham Asia pulih di awal perdagangan Selasa (6/8) usai terkena aksi jual besar-besaran pada Senin (5/8) di tengah kekhawatiran resesi Amerika Serikat (AS) dan efek likuidasi carry trade Yen Jepang.

Menurut data pasar, pukul 09.13 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang naik tinggi 8,40 persen, usai jatuh 12,40 persen pada Senin—yang merupakan penurunan harian terbesar sejak Black Monday 1987 silam.

Sejalan dengan Nikkei 225, indeks TOPIX melesat 8,40 persen.

Selain itu, indeks Hang Seng Hong Kong tumbuh 0,08 persen, Shanghai Composite terapresiasi tipis 0,01 persen, KOSPI Korea Selatan rebound 3,17 persen dan ASX 200 Australia menghijau 0,34 persen.

Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga pulih, naik 0,76 persen setelah merosot 3,40 persen pada Senin.

Berbeda, Straits Times Index Singapura malah memerah 0,97 persen, melanjutkan penurunan 4,07 persen kemarin.

“[Keruntuhan pada Senin adalah] pengingat bahwa hampir tidak mungkin untuk mendiversifikasi risiko ekuitas berdasarkan wilayah (atau berdasarkan sektor atau gaya) selama koreksi besar atau pasar bearish," kata kepala strategi pasar dan kepala Franklin Templeton Institute di Franklin Kuilton Stephen Dover, dikutip Reuters, Selasa (6/8).

“Peluang akan muncul, tetapi dalam pandangan kami, masih terlalu dini untuk mengambil tindakan pada saat ini,” ujar Dover.

Kemarin, bursa global, termasuk Asia, merah membara di tengah berakhirnya era carry trade yen Jepang dan risiko resesi Negeri Paman Sam.

Kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan (BoJ) pada 31 Juli lalu dan pengurangan pembelian obligasi telah menyebabkan penguatan mata uang Yen, yang kini mencapai level tertinggi dalam empat bulan terakhir.

Mengutip BRI Danareksa, Senin (5/8), ekspektasi pemotongan suku bunga oleh The Fed dan keputusan Bank of England (BoE) menambah kekhawatiran akan likuidasi carry trade yen, memaksa peminjam Yen untuk menutup posisi short mereka dan menjual aset di negara-negara dengan imbal hasil tinggi, terutama di Wall Street.

Carry trade adalah strategi perdagangan yang sangat populer di mana investor meminjam dari negara dengan suku bunga rendah dan mata uang lemah dan menginvestasikan kembali uang tersebut dalam aset negara lain dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi.

Carry trade bisa dibilang menjadi salah satu sumber arus dana terbesar di pasar mata uang global.

Menurut catatan Economics Times, meskipun carry trade juga lazim dilakukan dengan beberapa mata uang, yen Jepang dianggap sebagai salah satu mata uang yang paling banyak digunakan untuk tujuan ini.

Dalam carry trade yen, investor, termasuk investor ritel Jepang meminjam dengan suku bunga rendah di dalam Negeri Sakura tersebut dan membeli aset di negara lain dengan imbal hasil lebih tinggi, seperti saham dan obligasi luar negeri.

Pasar saham AS alias Wall Street menjadi favorit dalam beberapa waktu terakhir seiring penguatan dolar AS.

Namun, seperti dicatat Algo Research, Senin (5/8), aksi investor mengurangi leverage (penggunaan utang sebagai modal investasi) dan menutup posisi di semua aset berisiko menjadi penyebab mengapa saham-saham global ambruk pada Senin.

Hal tersebut, kata Algo, merupakan sentimen negatif bagi semua pasar, termasuk Indonesia, karena aliran dana institusi asing kemungkinan besar akan berpindah ke obligasi dan uang tunai (cash) terlebih dahulu sebelum masuk ke saham.

Di Amerika Serikat (AS), pada Senin, indeks Dow Jones ditutup turun 2,60 persen, S&P 500 minus 3,00 persen, dan Nasdaq—yang sarat saham teknologi—jeblok 3,43 persen. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE