MARKET NEWS

Bursa Asia Terkoreksi usai Rilis Data PMI yang Lemah

Maulina Ulfa 04/06/2024 09:48 WIB

Bursa Asia dibuka memerah pada perdagangan Selasa (4/6/2024), cenderung mengikuti indeks Dow Jones Wall Street Amerika Serikat (AS).

Bursa Asia Terkoreksi usai Rilis Data PMI yang Lemah. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Bursa Asia dibuka memerah pada perdagangan Selasa (4/6/2024), cenderung mengikuti indeks Dow Jones Wall Street Amerika Serikat (AS).

Pasar meningkatkan harapan bahwa bank sentral The Federal Reserve (The Fed) berada pada jalur yang tepat untuk menurunkan suku bunga setidaknya sekali sebelum akhir 2024.

Indeks saham di Australia, Jepang, Korea Selatan, hingga saham-saham China melemah, sementara saham-saham di Hong Kong menguat.

Pada pukul 09.12 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong perkasa naik 0,64 persen di level 18.521. Pada saat yang sama, indeks saham Nikkei 225 Jepang loyo 0,49 persen di level 38.732.

Sementara, indeks ASX 200 Australia turun 0,11 persen di level 7.752. Indeks KOSPI Korea Selatan juga melemah 0,37 persen di level 2.672 dan indeks Shanghai Composite turun tipis 0,095 persen pada saat bersamaan di level 3.075. (Lihat grafik di bawah ini.)

Dari Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,95 persen di level 7.103 pada pukul 09.13 WIB. Pada sesi sebelumnya, IHSG ditutup menguat 0,94 persen ke level 7.036.

Dari Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup variatif dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq naik tipis dalam sesi yang tidak menentu pada perdagangan Senin (3/6) waktu setempat.

Hal itu dipengaruhi oleh data sektor manufaktur yang lemah dan gangguan di Bursa Efek New York (NYSE) yang sempat menyebabkan penghentian perdagangan terhadap sejumlah saham.

Mengutip Reuters, Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 115,29 poin, atau 0,30 persen, menjadi 38.571,03, S&P 500 (.SPX) naik 5,89 poin, atau 0,11 persen, menjadi 5.283,40 dan Nasdaq Composite (.IXIC) naik 93,66 poin, atau 0,56 persen, menjadi 16.828,67.

Dilaporkan pada Senin (3/6), PMI Manufaktur ISM AS secara tak terduga turun tipis menjadi 48,7 pada Mei 2024 dari 49,2 pada April, di bawah perkiraan sebesar 49,6.

Angka tersebut menunjukkan kontraksi lanjutan pada aktivitas manufaktur AS karena permintaan kembali melemah, output stabil, dan input tetap akomodatif.

Penurunan terlihat pada pesanan baru (45,4 vs 49,1), persediaan (47,9 vs 48,2) dan pesanan simpanan. Selain itu, produksi melambat (50,2 vs 51,3).

Indeks Nikkei 225 turun pada hari ini dengan saham-saham Jepang menghentikan kenaikan dua hari dan mengekor pelemahan Wall Street semalam.

Investor juga menantikan data upah dan belanja rumah tangga Jepang minggu ini yang dapat mempengaruhi prospek kebijakan moneter dalam negeri.

Penurunan signifikan terlihat dari indeks kelas berat seperti Disco Corp (-0,3 persen), Tokyo Electron (-0,2 persen), SoftBank Group (-0,8 persen), Fast Retailing (-1,8 persen) dan Mitsui & Co (-2,3 persen).

Toyota Motor juga turun 0,6 persen setelah menghentikan sementara pengiriman beberapa kendaraan karena masalah keamanan. Sementara itu, produsen mobil Jepang tersebut melaporkan pertumbuhan penjualan di Amerika Utara sebesar 15,7 persen menjadi 216.611 unit pada Mei.

Indeks acuan KOSPI Korea Selatan juga melemah imbas aksi ambil untung (profit taking) setelah reli yang kuat di sesi sebelumnya didorong oleh data ekspor dan manufaktur yang solid.

Sentimen bursa KOSPI juga melemah setelah angka manufaktur AS lebih lemah dari perkiraan, sehingga meningkatkan kekhawatiran terhadap kekuatan perekonomian.

Saham-saham sektor keuangan memimpin penurunan, dengan kerugian signifikan yang dialami oleh KB Financial (-1,4 persen), Shinhan Financial (-1,3 persen), Hana Financial (-2,4 persen), dan Samsung Life (-1,6 persen).

Dari segi data ekonomi, tingkat inflasi tahunan Korea Selatan turun menjadi 2,7 persen pada Mei, di bawah perkiraan sebesar 2,8 persen dan merupakan angka terendah sejak Juli 2023. Investor kini menunggu data PDB kuartal pertama negara tersebut yang akan dirilis hari ini.

Indeks S&P/ASX 200 Australia juga turun terbebani oleh penurunan saham pertambangan dan energi di tengah melemahnya harga komoditas.

Investor juga menantikan angka PDB Australia pada minggu ini untuk mengukur keadaan perekonomian saat ini dan potensi implikasinya terhadap kebijakan moneter dalam negeri.

Perusahaan pertambangan kelas berat memimpin penurunan karena melemahnya harga bijih besi, dengan kerugian yang dialami oleh BHP Group (-0,9 persen), Rio Tinto (-0,8 persen) dan Fortescue (-1,3 persen).

Hasil PMI China yang melemah juga membebani sentimen pasar, setelah data resmi yang dirilis minggu lalu menunjukkan kontraksi tak terduga di sektor manufaktur negara tersebut. (ADF)

SHARE