MARKET NEWS

Bursa Saham AS Berakhir Mixed, S&P 500 Dekati Level Tertinggi

Kunthi Fahmar Sandy 26/06/2025 06:18 WIB

Dow Jones Industrial Average turun 106 poin, atau 0,3 persen sementara indeks S&P 500 naik 0,03 persen dan NASDAQ Composite naik 0,3 persen.

Bursa Saham AS Berakhir Mixed, S&P 500 Dekati Level Tertinggi (FOTO:Dok Laman Investing)

IDXChannel - Bursa Saham AS atau Wall Street berakhir mixed, di mana S&P 500 sedikit menguat mendekati level tertinggi sepanjang masa. Hal ini karena investor memberi respons atas gencatan senjata antara Israel dan Iran serta komentar dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

Dilansir dari laman Investing Kamis (26/6/2025), pada pukul 4:00 p.m. ET (20:00 GMT), Dow Jones Industrial Average turun 106 poin, atau 0,3 persen sementara indeks S&P 500 naik 0,03 persen dan NASDAQ Composite naik 0,3 persen.

Gencatan senjata Israel-Iran yang ditengahi oleh Presiden Donald Trump tampaknya masih berlaku, sehari setelah kedua rival regional itu mengatakan mereka telah mengakhiri perang udara setelah 12 hari.

Sebelumnya pada hari Selasa, Trump mengumumkan dimulainya gencatan senjata, tetapi mengecam Israel dan Iran karena melanjutkan serangan yang tampaknya telah direncanakan sebelum perjanjian itu diungkapkan. Trump sebelumnya memihak Israel, memerintahkan serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran selama akhir pekan, di mana Trump nyatakan dalam sebuah posting media sosial pada hari Selasa telah "hancur total." 

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan bahwa Iran sekarang lebih jauh untuk mengembangkan senjata nuklir setelah serangan udara tersebut. Dia pun menepis laporan awal dari badan intelijen AS yang menyatakan, stok uranium yang diperkaya Iran tidak dimusnahkan oleh serangan tersebut dan program nuklir yang sebagian besar dilakukan di bawah tanah negara itu hanya mengalami kemunduran beberapa bulan. 

Di tempat lain, para pemimpin NATO telah menyetujui target pengeluaran pertahanan yang lebih tinggi sebesar 5 persen dari produk domestik bruto pada 2035 dan ini menandai potensi kemenangan kebijakan luar negeri bagi Trump setelah tuntutannya baru-baru ini agar mitra aliansi tersebut melipatgandakan komitmen pengeluaran mereka.

Di sisi lain, Ketua Fed Jerome Powell kembali ke Capitol Hill pada hari Rabu sore dan terus memperingatkan agar tidak memangkas suku bunga lebih awal. Dia juga memperingatkan bahwa tidak ada jaminan bahwa dampak tarif merupakan dorongan inflasi satu kali.

"Jika tarif berakhir dengan cepat, maka sangat mungkin itu hanya akan terjadi satu kali," kata Kepala Fed. Dia memperingatkan bahwa Fed harus tetap waspada terhadap risiko tarif yang menyebabkan inflasi terus-menerus.  

"Sebagai orang-orang yang seharusnya menjaga harga tetap stabil, kita perlu mengelola risiko itu," kata Powell. 

Powell menjadi sasaran interogasi dari anggota DPR pada hari Selasa mengenai mengapa Fed tidak bergerak cepat untuk memangkas suku bunga, permintaan yang sering diulang dari Trump, tetapi ketua Fed mengatakan para pejabat harus waspada karena kenaikan harga dapat segera meningkat lagi karena penerapan tarif AS yang tinggi. Ia juga diharapkan untuk menegaskan kembali bahwa Fed tidak akan merasa nyaman memangkas suku bunga sampai melihat apakah harga mulai naik dan apakah proses itu menunjukkan tanda-tanda akan semakin persisten.

Investor mencermati data penjualan rumah baru, setelah kepercayaan konsumen AS turun lebih dari yang diharapkan pada bulan Juni, karena warga Amerika menjadi lebih khawatir tentang ekonomi, meskipun angka pekerjaan yang kuat dan pengangguran yang rendah. Salah satu alasan terbesar penurunan tersebut tampaknya adalah meningkatnya kekhawatiran tentang inflasi dan tarif.

Sementara itu, saham General Mills (NYSE:GIS) turun setelah raksasa pemrosesan makanan itu memperingatkan tentang pertumbuhan penjualan yang lemah dan pendapatan yang merosot.

Saham FedEx (NYSE:FDX) merosot setelah raksasa pengiriman dan penentu ekonomi itu mengungkap perkiraan laba kuartal berjalan yang meleset dari ekspektasi analis. Sementara perusahaan sumber daya manusia Paychex (NASDAQ:PAYX) saham turun setelah perusahaan manajemen SDM itu melaporkan laba dan rugi kuartal keempat yang gagal mengesankan.

Saham BlackBerry (NYSE:BB) melonjak lebih tinggi setelah perusahaan keamanan siber itu menaikkan perkiraan pendapatan tahunannya. Sedangkan BP PLC ADR (NYSE:BP) kehilangan keuntungan setelah Shell membantah laporan The Wall Street Journal bahwa perusahaan tersebut tengah dalam pembicaraan awal untuk mengakuisisi pesaingnya di Inggris.

Sementara itu, NVIDIA Corporation (NASDAQ:NVDA) mencapai rekor tertinggi setelah Loop Capital menaikkan target harga sahamnya menjadi USD250 dari USD175 karena ekspektasi bahwa adopsi AI akan terus mendorong permintaan chip AI.

(kunthi fahmar sandy)

SHARE