Bursa Saham AS Kompak Ditutup Menguat usai Kesepakatan Dagang AS vs Inggris
Dow Jones Industrial Average naik 254 poin, atau 0,6 persen, indeks S&P 500 naik 0,6 persen, dan NASDAQ Composite naik 1,1 persen.
IDXChannel - Bursa Saham AS atau Wall Street ditutup menguat usai Presiden Trump mengumumkan kesepakatan dagang antara AS dan Inggris sehingga memicu harapan akan serangkaian kesepakatan dagang di masa mendatang.
Dikutip dari laman Investing Jumat (9/5/2025) Dow Jones Industrial Average naik 254 poin, atau 0,6 persen, indeks S&P 500 naik 0,6 persen, dan NASDAQ Composite naik 1,1 persen.
Di sisi lain, Inggris-AS setuju kerangka kerja kesepakatan dagang di mana Trump telah menandatangani kerangka kerja untuk kesepakatan dagang dengan Inggris. Artinya ini meningkatkan harapan bahwa kebijakan perdagangan yang kacau dari pemerintahan Trump akan segera berakhir.
"Ini sangat meyakinkan dan kami pikir semua orang akan senang. Banyak negara ingin membuat kesepakatan, dan banyak negara sangat tidak senang bahwa kami kebetulan memilih yang ini," katanya.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, tarif 10 persen. yang dikenakan pada barang yang diimpor dari Inggris tetap berlaku. Sementara Inggris setuju untuk menurunkan tarifnya menjadi 1,8 persen dari 5,1 persen dan memberikan akses lebih lanjut ke barang-barang AS.
Namun, impor baja dan aluminium ke AS akan dibebaskan dari pungutan AS sebesar 25 persen. "Ini membuka pasar yang luar biasa bagi kami," kata Trump.
Kesepakatan perdagangan Kamis adalah yang pertama setelah Trump pada awal April mengumumkan serangkaian tarif perdagangan "timbal balik" terhadap mitra dagang utama AS. Dia kemudian mengumumkan pembebasan tarif selama 90 hari di tengah reaksi "keras yang meluas dari publik".
Inggris tidak dikenai tarif timbal balik Trump, meskipun masih menghadapi bea masuk universal 10 persen. Hal ini menyusul berita bahwa pejabat AS akan bertemu dengan rekan-rekan mereka dari China selama akhir pekan untuk pembicaraan perdagangan.
Di samping itu, The Fed mempertahankan suku bunga acuannya pada Rabu. Namun Ketua The Fed Jerome Powell memperingatkan bahwa risiko inflasi yang lebih tinggi dan pengangguran telah meningkat dapat mengaburkan prospek ekonomi dalam menghadapi tarif perdagangan Trump.
Powell juga mengatakan tidak jelas apakah ekonomi akan terus tumbuh dengan stabil atau menyusut karena potensi lonjakan inflasi. Powell memberi isyarat ketidakpastian yang meningkat atas apa yang akan dilakukan Trump dengan tarifnya dan memberi sinyal bank sentral tidak akan membuat perubahan apa pun hingga prospeknya jelas. Meskipun demikian, kepala Fed juga mencatat bahwa ekonomi AS tetap relatif tangguh.
(kunthi fahmar sandy)