Bursa Saham Terbesar Dunia, Ada Indonesia?
Total kapitalisasi pasar (market cap) 80 bursa saham utama dunia bernilai sekitar USD110,2 triliun.
IDXChannel - Total kapitalisasi pasar (market cap) 80 bursa saham utama dunia bernilai sekitar USD110,2 triliun. New York Stock Exchange (NYSE) dan Nasdaq, menguasai 42,4 persennya.
Terlepas dari pertumbuhan pesat negara-negara berkembang, Amerika Serikat (AS) terus memimpin pasar modal dengan selisih yang lebar, bahkan ketika negara-negara seperti India mengalami pertumbuhan besar pada 2023.
Melansir Visual Capitalist, Kamis (19/10/2023) World Federation of Exchanges (WFE) menunjukkan data bursa saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia. (Lihat tabel di bawah.)
Bursa NYSE (USD25,0 triliun) dan Nasdaq (USD21,7 triliun) yang sarat akan teknologi, merupakan rumah bagi banyak perusahaan paling bernilai di dunia, mulai dari Apple hingga Nvidia. Sejak 2016, NYSE telah tumbuh 35,1 persen sementara Nasdaq telah melesat 189,3 persen dalam hal kapitalisasi pasar.
Sebagian besar perusahaan di Indeks S&P 500, yang sering dilihat sebagai barometer kinerja pasar saham AS, diperdagangkan di bursa-bursa ini.
Dengan kapitalisasi pasar sebesar USD7,2 triliun atau setara dengan Rp113.760 triliun (kurs Rp15.800 per dolar), Euronext menjadi bursa terbesar ketiga di dunia.
Menariknya, pada awal 2021, Euronext berhasil mengungguli Bursa Efek London. Pasalnya, selama dua dekade terakhir, pasar saham London turun dari 13 persen menjadi 4 persen dari pangsa global.
Di peringkat keempat ada Bursa Efek Shanghai, dengan kapitalisasi pasar sebesar USD6,7 triliun atau senilai Rp105.860 triliun. Raksasa minuman Kweichow Moutai, ICBC, dan PetroChina adalah perusahaan-perusahaan terbesar yang diperdagangkan di bursa ini.
Seperti halnya Cina, karena ekonomi India terus berkembang, begitu pula pasar saham utamanya. Sebagai pasar saham terbesar kedelapan di dunia, pasar ini bernilai USD3,5 triliun setara dengan Rp55.300 triliun. Bursa efek India tumbuh lebih dari 133 persen dalam nilai pasar sejak 2016.
Faktanya, pada 2050, peneliti investasi global—Goldman Sachs, memproyeksikan bahwa pangsa pasar negara berkembang dalam kapitalisasi pasar saham global akan melampaui Amerika.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat di pasar negara berkembang, investor dapat menemukan peluang di indeks pasar yang luas yang melacak negara-negara ini melalui sarana investasi seperti ETF atau reksa dana.
Meskipun pasar internasional dapat memberikan peluang untuk diversifikasi, pasar ini juga dapat menimbulkan risiko karena faktor politik, regulasi, dan ekonomi. (ADF)