Cadangan Devisa RI Turun, Rupiah Stagnan Rp16.090 per USD
Nilai tukar (kurs) Rupiah pada perdagangan hari ini (8/5) ditutup stagnan pada level Rp16.046 per USD.
IDXChannel - Nilai tukar (kurs) Rupiah pada perdagangan hari ini (8/5) ditutup stagnan pada level Rp16.046 per USD. Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah sempat dibuka pada level Rp16.090 per USD.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS dipengaruhi oleh Presiden Federal Reserve Minneapolis, Neel Kashkari yang mengatakan pada konferensi Milken Institute bahwa terhentinya inflasi, yang sebagian besar disebabkan oleh kekuatan pasar perumahan. Berarti bank sentral perlu mempertahankan biaya pinjaman tetap stabil untuk jangka panjang dan mungkin sepanjang tahun.
Namun Kashkari juga mengatakan, masih ada kemungkinan The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga jika inflasi kembali mereda. Komentar tersebut muncul setelah pernyataan pejabat Fed pada Senin yang nampaknya cenderung mengindikasikan langkah bank sentral selanjutnya adalah menurunkan suku bunga.
"Dengan informasi tersebut, ekspektasi pasar terhadap dua kali penurunan suku bunga tahun ini telah meningkat, dengan ekspektasi penurunan setidaknya 25 basis poin pada September saat ini sebesar 64,5%, menurut FedWatch Tool CME," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (8/5/2024).
Dengan kalender ekonomi yang sepi pada minggu ini, yang disorot oleh pembacaan sentimen konsumen dari University of Michigan pada Jumat, sejumlah pejabat Fed akan menyampaikan pidatonya, termasuk Gubernur Fed Lisa Cook dan Michelle Bowman pada akhir minggu ini.
Selain itu, diplomat mata uang utama Jepang Masato Kanda mengatakan negaranya mungkin harus mengambil tindakan terhadap pergerakan valuta asing yang tidak teratur dan didorong oleh spekulatif, menandakan Bank of Japan tetap siap untuk melakukan intervensi di pasar setelah dua dugaan intervensi senilai hampir USD60 miliar pada minggu lalu.
Dari sentimen domestik, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia menurun. Pada akhir April 2024, cadangan devisa Indonesia sebesar USD136,2 miliar atau menurun dibandingkan posisi pada akhir Maret 2024 sebesar USD140,4 miliar.
Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI menilai, cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke depan, BI memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi nasional yang terjaga.
Hal ini seiring dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh BI dan pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Berdasarkan data di atas, mata uang Rupiah untuk perdagangan selanjutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.990-Rp16.070.
(FAY)