MARKET NEWS

Cadangan Habis 2027, TOBA Fokus Garap Bisnis Non Batu Bara

Atikah Umiyani 14/11/2024 19:05 WIB

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menyebut, seluruh cadangan batu bara (coal reserve) perseroan habis pada 2027.

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menyebut, seluruh cadangan batu bara perseroan habis pada 2027. (Foto: MNC Medi)

IDXChannel - PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menyebut, seluruh cadangan batu bara (coal reserve) di tambang yang dikelola anak-anak perusahaan habis sekitar tiga tahun lagi. Hal ini mendorong TBS untuk fokus menggarap bisnis yang lebih berkelanjutan.

Asal tahu saja, TOBA memiliki tiga lahan konsesi tambang yang dikelola oleh anak usahanya yaitu PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN), PT Trisensa Mineral Utama (TMU) dan PT Indomining.

"Kalau ABN (habis) tahun 2025, kita punya tiga (tambang). Kalau Trisensa itu kurang lebih 2026-2027," kata Direktur TOBA, Juli Oktarina dalam konferensi pers usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Menara Mandiri, Jakarta, Kamis (14/11/2024). 

Juli menjelaskan, habisnya cadangan batu bara tersebut sudah masuk dalam rencana kerja TOBA. Dia mengakui izin kontrak tambang-tambang tersebut masih panjang namun karena cadangan habis maka tidak ada kegiatan eksploitasi.

"Bukan enggak diperpanjang, tapi memang sudah habis. Tapi dari segi izin masih ada sebenarnya, tapi coal reserve-nya sudah tidak ada. Saat ini berdasarkan mine plan yang sudah ada, coal reserve-nya sudah nol," katanya.

Dia memastikan hingga saat ini belum ada rencana manajemen untuk mengakuisisi tambang batu baru. Pasalnya, TOBA sudah memiliki komitmen keberlanjutan “Towards a Better Society 2030” serta strategi perseroan untuk mencapai target netralitas karbon pada tahun 2030.

Dengan habisnya cadangan tersebut, kata dia, kinerja keuangan TOBA akan berpengaruh karena selama ini bisnis batu bara menjadi penopang utama. Untuk mengatasi hal tersebut, perseroan akan melakukan ekspansi ke bisnis energi baru terbarukan (EBT) dan pengolahan limbah, yang didukung pendanaannya dari divestasi dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) senilai USD144,8 juta.

"Kami sudah menghitung berapa EBITDA yang harus kami gantikan, makanya dengan dana USD144 juta tadi ini bisa mempercepat kami untuk bisa mencari bisnis yang memiliki pendapatan untuk menggantikan PLTU dan bisnis batu bara tadi," kata Juli.

(Rahmat Fiansyah)

SHARE