Capital Market Diharapkan Dorong Perekonomian Nasional
2020 adalah tahun yang menantang bagi perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian global akibat perang dagang antar negara.
IDXChannel – 2020 adalah tahun yang menantang bagi perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian global akibat perang dagang antar negara. ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi telah mendorong pergeseran penempatan dana global ke aset yang dianggap aman.
Dalam pemaparannya, Komisaris Independen PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Raden Pardede mengatakan bahwa dampak dari perang dagang yang terjadi antara Amerika dan China berdampak besar terhadap perekonomian dunia, salah satunya Indonesia. Dampaknya terhadap perbankan dalam melakukan fungsi intermedia.
“Saat ini terjadi kekeliruan jika perbankan yang diharapkan mendorong perekonomian, justru dari capital market,” sebutnya.
Aset aman yang dimaksud seperti obligasi Pemeritah AS dan Jepang, serta komoditas emas, meskipun aliran modal ke negara berkembang tetap terjadi. Dinamika ekonomi global tersebut perlu menjadi perhatian karena dapat memengaruhi upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas eksternal.
Menyikapi hal tersebut, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Oktober 2019 memutuskan menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,75%.
Kebijakan tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dan imbal hasil investasi keuangan domestik yang tetap menarik, serta sebagai langkah pre-emptive lanjutan untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat.
Kebijakan ini didukung strategi operasi moneter yang terus diperkuat untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif.
Dalam acara IDX Channel Economic Outlook Perbank 2019, di Main Hall, BEI, Jakarta, pada Senin (4/11), Raden Pardede juga mengatakan bahwa BCA juga melakukan penyesuaian terkait data-data pelambatan global.
“Jadi kita membuat target yang tidak muluk. Namun jika di tengah jalan terjadi perubahan signifikan ke arah yang positif tentu BCA akan menyesuaikan yang lebih baik lagi dan kalau ada kesempatan kita akan coba lebih baik dari target di awal,” katanya.
BCA melakukan penyesuaian demi menghadapi ketidakpastian global. “Pertumbuhan di angka 8% yang dulunya diperkirakan 10% kita revisi ke bawah, dimana perekonomian dunia juga direvisi ke bawah. Tapi kalau keadaaan global membaik dan situasi berubah kita akan meningkatkan kredit lebih baik lagi ke depan,” tandas Raden Pardede. (*)