MARKET NEWS

CEO Talks: Tingkatkan Kualitas Pertanian dan Petani Lewat Blockchain

Fahmi Abidin 05/12/2018 21:00 WIB

CEO Dattabot sekaligus founder HARA Regy Wahyu sebutkan big data yang terkumpul untuk kemaslahatan masyarakat mampu meningkatkan taraf hidup termasuk petani

CEO Talks: Tingkatkan Kualitas Pertanian dan Petani Lewat Blockchain. (Foto: idxchannel.tv)

IDXChannel - Penggunaan data internet sejatinya tidak hanya sekadar dinikmati sebatas bermain Instagram atau menikmati lagu di playlist online. Lebih dari itu, disebutkan CEO Dattabot sekaligus founder HARA Regy Wahyu adalah big data yang terkumpul untuk kemaslahatan masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup, dalam hal ini petani.

Contohnya HARA, ungkap Regy dalam seminar CEO Talks Beyond Theory, yang digunakan sebagai sarana pertukaran data melalui blockchain bagi berbagai partisipan dalam industri pertanian, mulai dari petani, bank, pemasar, perusahaan asuransi, serta credit scoring.

Pengumpulan data dan Informasi tersebut dapat membantu berbagai stakeholder seperti petani, pemerintah, atau entitas swasta dalam memperoleh wawasan mengenai potensi dan hambatan yang dihadapi sektor agrikultur. Sayangnya, sebagian besar informasi tersebut belum didokumentasikan dan bisa diakses secara terbuka.

Mengapa dengan industri pertanian? Dijelaskan Regy, pertanian memiliki potensi yang besar di Indonesia. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyebutkan bahwa nilai ekspor agrikultur Indonesia pada 2017 mencapai Rp440 triliun, dengan luas lahan sawah mencapai 8,19 juta hektar. BPS juga mencatat jumlah penduduk yang bekerja di sektor agrikultur mencapai 39,6 juta orang, sekitar 31 persen dari jumlah penduduk bekerja.

Sayangnya, angka tersebut mayoritas merupakan petani tradisional yang belum memiliki akses kepada perbankan, asuransi, produk jasa pendukung pertanian hingga pendapatan yang kurang dari apa yang mereka kerjakan. “Banyak diantara mereka yang masih bergantung kepada para tengkulak atau bahkan cukong pemberi kredit yang jelas sangat membebani produksi mereka dari sisi pembiayaan,” ungkap Regy di acara CEO Talks di Epicentrum Kuningan, Jakarta, pada Rabu (5/12).

Melihat hal tersebut, maka penggunaan big data dari sektor agrikultur atau pertanian sejatinya membuka ruang bagi para petani tradisional untuk mengakses supporting system seperti perbankan demi produksi yang efisien untuk menghasilkan income yang baik.

Dijelaskan Regy, saat ini HARA telah menjalin hubungan kerja sama sekitar tiga ribu petani sebagai penyedia data. Ke depannya, mereka menargetkan peningkatan hingga 75.000 petani pada akhir 2018 dan dua juta penyedia data di berbagai negara pada 2020.

“Intinya, big data dan penetrasi data yang ditunjang dengan edukasi baik soal implementasi digital untuk kebutuhan pertanian dan dukungan dari supporting system akan memberi kehidupan yang baik bagi ekosistem pertanian kedepannya.” Tegas Regy.

Sehingga, pungkasnya, big data di sektor pertanian bukanlah hal yang susah atau mustahil dikerjakan. Ini juga menjadi bisnis yang menarik untuk dilakukan karena adanya kebutuhan dari data buyer yang butuh data terotentifikasi dan terverifikasi di lapangan oleh para penilai resmi. (*)

SHARE