MARKET NEWS

Chandra Daya Investasi Siap IPO, Simak Kiprah Prajogo Pangestu dan Gurita Bisnisnya

Aldo Fernando 05/06/2025 12:41 WIB

PT Chandra Daya Investasi (CDI), anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), tengah bersiap melantai di bursa lewat penawaran saham perdana (IPO).

Chandra Daya Investasi Siap IPO, Simak Kiprah Prajogo Pangestu dan Gurita Bisnisnya. (Foto: Prajogo Pangestu)

IDXChannel PT Chandra Daya Investasi (CDI), anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), tengah bersiap melantai di bursa lewat penawaran saham perdana (IPO) yang dinanti banyak investor pada 2025.

Kesuksesan ini tak lepas dari perjalanan panjang sang pengendali, Prajogo Pangestu — sosok yang memulai karier dari sopir angkutan umum di Kalimantan Barat.  Kini, dengan sejumlah emiten besar di bawah naungannya, langkah IPO CDI menjadi babak baru dalam gurita bisnisnya yang terus berkembang.

CDI saat ini telah menyampaikan pernyataan pendaftaran untuk melaksanakan IPO. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan, Derivatif, dan Bursa Karbon OJK (KE PMDK), Inarno Djajadi.

“PT Chandra Daya Investasi telah menyampaikan pernyataan pendaftaran. Saat ini sedang dalam proses penelaahan,” kata Inarno, dalam keterangan tertulis, Senin (2/6).

Sebelumnya, menurut laporan Bloomberg, pada 21 Mei 2025, unit investasi infrastruktur TPIA tersebut tengah berupaya meraih valuasi setidaknya USD1 miliar dalam rencana IPO di Tanah Air.

Sumber Bloomberg menjelaskan, Chandra Daya Investasi bertujuan menghimpun dana minimal USD100 juta dalam IPO yang diperkirakan berlangsung dalam beberapa bulan ke depan.

Menurut sumber tersebut, pembahasan masih berlangsung dan rencana dapat berubah sewaktu-waktu.

CDIA menjadi salah satu nama yang paling ditunggu di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2025, seiring para investor optimistis perusahaan ini akan mengulang kesuksesan IPO unit bisnis Prajogo Pangestu di sektor energi terbarukan, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), pada Oktober 2023 lalu.

Bahkan, beberapa waktu terakhir, prospektus IPO yang diduga milik CDI telah beredar di kalangan pelaku pasar, meski pihak manajemen memilih untuk tidak mengomentari keabsahannya.

Prajogo Pangestu: Dari Sopir Angkutan Umum ke Raja Petrokimia

Mengutip Leo Suryadinata dalam buku Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches (2015), Prajogo Pangestu (alias Hang Djun Phen; Peng Yunpeng) lahir pada 13 Mei 1944. Ia tumbuh dalam keluarga yang bersahaja: ayahnya, Phang Sui On, adalah seorang penyadap karet di Desa Sungai Sambas, Kalimantan Barat, yang juga merangkap sebagai penjahit di pasar Sungai Betung demi menambah penghasilan.

Sejak kecil, Prajogo kerap membantu ayahnya sebelum berangkat sekolah. Usai menamatkan sekolah menengah pertama Tionghoa setempat (SMP Nan Hua) di Singkawang, ia merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Namun, harapan tak selalu sejalan dengan kenyataan.

Tak kunjung mendapat pekerjaan yang cocok, ia pun kembali ke Kalimantan dan menjadi sopir angkutan umum di rute Singkawang-Pontianak. Profesi itu hanya bertahan sebentar. Setelahnya, ia banting setir berjualan terasi dan ikan asin.

Kehidupan Prajogo berubah pada 1975, ketika ia diangkat menjadi General Manager PT Nusantara Plywood oleh Burhan Uray, bos besar Djajanti Group. Setahun berselang, ia mengambil alih CV Pacific Lumber dan menamainya PT Barito Pacific Lumber. Dari sinilah langkahnya kian mantap.

Perlahan tapi pasti, bisnisnya merambah ke berbagai sektor: dari perbankan (Bank Andromeda), perkebunan cokelat, pabrik kertas, hingga petrokimia. Prajogo bermitra dengan keluarga Soeharto dan para taipan lainnya untuk mendirikan PT Tanjung Enim Pulp dan Kertas, Bank Andromeda, serta PT Chandra Asri—perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia.

Krisis keuangan 1997-1998 menjadi ujian berat. Bisnisnya goyah akibat jeratan utang luar negeri. Bank Andromeda pun dilikuidasi pada 1997, dan perusahaan-perusahaan miliknya harus menjalani restrukturisasi utang secara besar-besaran. Namun, Prajogo tak menyerah. Pada 2007, ia berhasil mengakuisisi mayoritas saham PT Chandra Asri dan PT Tri Polyta pada 2008. Keduanya kemudian melebur menjadi Chandra Asri Petrochemical—kini dikenal sebagai Chandra Asri Pacific (TPIA)—pada 2010.

Kini, Prajogo Pangestu telah menjelma menjadi salah satu pemain utama di sektor petrokimia, energi, dan kayu. Menurut data Forbes, kekayaannya diperkirakan mencapai USD 25,3 miliar atau setara dengan Rp411,76 triliun (asumsi kurs Rp16.275 per USD), menjadikannya orang terkaya kedua di Indonesia setelah sempat menduduki posisi teratas sepanjang tahun 2024.

Ia bahkan sukses membawa sejumlah unit bisnisnya melantai di bursa. Emiten-emiten yang terafiliasi dengannya, antara lain PT Barito Pacific Tbk (BRPT), TPIA, PT Barito Renewables Energy (BREN), PT Petrosea Tbk (PTRO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). (Aldo Fernando)

>

SHARE