CPO Loyo di Tengah Naiknya Indeks Harga Minyak Nabati Januari 2024
Harga minyak sawit berjangka Malaysia alias crude palm oil (CPO) diperdagangkan di kisaran MYR 3.760 per ton atau melemah 0,05 persen pada Senin (5/2).
IDXChannel - Harga minyak sawit berjangka Malaysia alias crude palm oil (CPO) diperdagangkan di kisaran MYR 3.760 per ton atau melemah 0,05 persen pada perdagangan Senin (5/2/2024).
Berdasarkan data Trading Economics, harga CPO telah anjlok 4,76 persen dalam sepekan terakhir.
Harga minyak sawit mendekati level terendah dalam tiga minggu dan menjadi penurunan pertama dalam empat minggu terakhir, tertekan oleh berlanjutnya pelemahan ekspor. (Lihat grafik di bawah ini.)
Meski demikian, harga minyak sawit sudah menguat MYR42 per ton atau 1,13 persen sejak awal 2024, menurut perdagangan contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini. Secara historis, minyak sawit mencapai angka tertinggi sepanjang masa yaitu 7268 pada bulan Maret 2022.
Data terbaru menunjukkan, Indeks Harga Minyak Nabati FAO rata-rata mencapai 122,5 poin pada bulan Januari, naik sedikit sebesar 0,2 poin (0,1 persen) dari bulan sebelumnya. Meski demikian indeks ini masih 17,9 poin (12,8 persen) di bawah angka pada bulan Januari 2023.
Informasi saja, secara keseluruhan Indeks Harga Pangan FAO (FFPI) mencapai 118,0 poin pada bulan Januari 2024, turun 1,2 poin (1,0 persen) dari tingkat revisi pada bulan Desember. Indeks tersebut berada 13,7 poin (10,4 persen) di bawah nilai serupa tahun lalu.
Kestabilan indeks harga dari bulan ke bulan mencerminkan dampak gabungan dari kenaikan harga minyak sawit dan biji bunga matahari global yang mengimbangi penurunan harga minyak kedelai dan minyak lobak.
Harga minyak sawit internasional sempat meningkat secara moderat pada bulan Januari, terutama disebabkan oleh penurunan produksi musiman di negara-negara produsen utama dan kekhawatiran terhadap kondisi cuaca buruk di Malaysia.
Sementara itu, kuotasi minyak biji bunga matahari dunia naik tipis, didorong oleh peningkatan permintaan impor, khususnya dari Türkiye. Sebaliknya, harga minyak kedelai dan minyak lobak internasional menurun karena prospek pasokan dalam jumlah besar dari Amerika Selatan dan masih banyaknya ketersediaan di Eropa.
Ancaman Penurunan Pasokan akibat Cuaca Buruk
Harga CPO cenderung mengalami tren bearish juga didorong oleh harga minyak mentah yang fluktuatif dan melemahnya ringgit.
Sementara itu, pemulihan produksi masih belum pasti di tengah cuaca buruk di beberapa negara produsen utama yang bisa terjadi hingga akhir Februari mendatang.
Selain itu, pengiriman produk minyak sawit Malaysia kemungkinan turun 9,4 persen menjadi 1.227.101 ton pada bulan Januari, menurut AmSpec Agri Malaysia. Adapun surveyor kargo independen lainnya, Intertek Testing Services, memperkirakan ekspor Malaysia akan turun 6,7 persen menjadi 1.286.509 ton di bulan tersebut.
Dikabarkan India akan meningkatkan produksi biji minyak lokal, yang merupakan bagian dari rencana negara tersebut untuk mengurangi impor minyak nabati.
Di tengah ketidakpastian perdagangan global, dinamika impor minyak nabati India menjadi barometer baik bagi permintaan domestik maupun pasar internasional.
Sepanjang tahun 2023, India mengalami peningkatan signifikan dalam impor minyak nabati, meningkat sebesar 6 persen dari tahun ke tahun. Total volume melonjak menjadi 16,06 juta metrik ton (MMT), meningkat signifikan dibandingkan 15,12 MMT pada tahun sebelumnya. Lonjakan ini menunjukkan permintaan minyak nabati yang berkelanjutan di pasar India, didorong oleh beragam faktor mulai dari preferensi kuliner hingga aplikasi industri.
Di Indonesia, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), memproyeksikan ekspor minyak kelapa sawit tahun ini turun di atas 4 persen. Hal ini disampaikan Ketua Umum Gapki, Eddy Martono dalam Pakistan Edible Oil Conference, dikutip dalam keterangan resmi, Senin (15/1/2024).
Menurut GAPKI, penurunan ekspor minyak kelapa sawit pada 2024 disebabkan oleh adanya stagnasi produksi di Indonesia. Di sisi lain, permintaan domestik terhadap minyak kelapa sawit terus meningkat.
Peningkatan produksi kelapa sawit Indonesia 2024 juga diproyeksi tidak lebih dari 5 persen.
"Jika mandatori B35 diperpanjang maka kebutuhan domestik Indonesia bisa mencapai 25 juta ton. Dengan demikian, Maka ekspor kelapa sawit di tahun 2024 akan berkurang 4,13 persen atau hanya sekitar 29 juta ton," ujar Eddy.
Per Oktober 2023, GAPKI mencatat produksi CPO Indonesia mencapai 4.523 ribu ton naik 9,2 persen dari produksi September sebesar 4.143 ribu ton demikian juga dengan produksi PKO yang naik menjadi 430 ribu ton dari 394 ribu ton di September atau naik 9,2 persen.
Total konsumsi dalam negeri Oktober mencapai 2.181 ribu ton naik 10,2 persen dari konsumsi di September sebesar 1.979 ribu ton.
Kenaikan terbesar terjadi pada konsumsi biodiesel yang naik dari 924 ribu ton di bulan September menjadi 1.160 ribu ton di bulan Oktober sedangkan untuk pangan turun 3,5 persen dari 865 ribu ton menjadi 835 ribu ton dan oleokimia turun 2,1 persen dari 190 ribu ton di bulan September menjadi 186 ribu ton di Oktober. (ADF)