Dampak Boikot Produk Pro-Israel ke Pasar Modal, BEI: Market Kita Cukup Manageable
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui dampak boikot produk terafiliasi Israel masih tak sebesar konflik Rusia-Ukraina beberapa waktu lalu.
IDXChannel - Serangkaian agresi militer Israel terhadap wilayah Gaza, Palestina melahirkan boikot produk-produk perusahaan yang dianggap pro-Israel. Peristiwa ini menjadi perhatian pelaku pasar modal mengingat potensi pengaruhnya terhadap sektor ritel.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui dampak boikot produk terafiliasi Israel masih tak sebesar konflik Rusia-Ukraina beberapa waktu lalu. Market dinilai masih cukup kondusif merespons hal itu.
"Saya yakin bukan tidak berdampak signifikan, tapi market kita masih cukup manageable," kata Direktur Utama BEI Iman Rachman di Workshop Pasar Modal, Balikpapan, Jumat (17/11/2023).
Gesekan politik Rusia dan Ukrainia menyasar sektor energi nasional, yang berdampak signifikan bagi rantai pasok emiten energi. Sementara boikot produk hanya terhadap beberapa perusahaan.
Iman menilai investor pasar modal cukup cerdas dalam mengambil keputusan investasi.
"Mungkin ini kita bicara satu dua saham saja, tapi kita punya 900-an emiten, tentu bisa memilih," ujarrnya.
Sebelumnya, para pelaku usaha ritel modern melihat dampak pemboikotan terhadap market bakal terasa apabila berskala besar dan masif.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengkhawatirkan adanya penurunan permintaan di hilir, sehingga ditakutkan berimbas terhadap produksi, plus tenaga kerja.
"Bagaimana mungkin kalau produktivitas turun, bagaimana bisa membayar tenaga kerja yang enggak turun, itu hubungannya langsung," ucap Roy, Rabu (15/11).
Oleh karena itu, dia meminta pemerintah segera mengambil langkah agar tidak terjadi dampak yang berkepanjangan. Pemerintah dinilai perlu hadir dalam membaca atau melihat situasi dan kondisi.
"Perlu ada langkah-langkah yang relevan dan adaftif oleh Pemerintah dalam membaca situasi dan kondisi," ujar Roy.
(RNA)