MARKET NEWS

Dampak Pemeliharaan Smelter, Pendapatan MBMA Turun 32 Persen di Semester I-2025

Nia Deviyana 27/09/2025 17:00 WIB

Sepanjang semester pertama, perseroan membukukan pendapatan sebesar USD628 juta, turun 32 persen dibandingkan tahun lalu.

Dampak Pemeliharaan Smelter, Pendapatan MBMA Turun 32 Persen di Semester I-2025. Foto: dok. MBMA.

IDXChannel - PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mengungkap penyebab penurunan pendapatan perseroan pada Semester I-2025. Sepanjang semester pertama, perseroan membukukan pendapatan sebesar USD628 juta, turun 32 persen dibandingkan tahun lalu.

Presiden Direktur MBMA, Teddy Oetomo, menjelaskan adanya penurunan produksi Nickel Pig Iron (NPI) karena pemeliharaan smelter yang terjadwal. 

"Dampak sementara pemeliharaan smelter juga menyebabkan pengurangan produksi High Grade Nickel Matte (HGNM) selama periode tersebut," ujarnya melalui keterangan tertulis, Sabtu (27/9/2025). 

Selama periode ini, smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) menghasilkan 33.045 ton NPI, turun 23 persen dibanding tahun lalu karena pemeliharaan terjadwal. Pemeliharaan ini, kata Teddy, akan meningkatkan keselamatan dan efisiensi operasional, serta menjadi landasan pengurangan biaya di masa depan. 

Namun, tambang nikel PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) memproduksi 6,9 juta wet metric tonnes (wmt) bijih nikel atau meningkat 78 persen dibanding tahun lalu. Peningkatan tersebut terdiri dari kenaikan 45 persen produksi limonit dan 189 persen produksi saprolit, meskipun curah hujan tinggi pada periode tersebut.

Pertumbuhan ini merupakan hasil investasi MBMA dalam peningkatan kapasitas penambangan dan infrastruktur selama 12–18 bulan terakhir, yang menciptakan operasi yang lebih kuat dan berkelanjutan.

"Di semester pertama 2025, MBMA mencatat pertumbuhan kuat pada produksi dan penjualan bijih nikel, menegaskan skala dan daya operasi 
pertambangan kami. Meski volume pemrosesan sempat terdampak pemeliharaan terjadwal, hal ini akan membantu menurunkan biaya dan memperkuat daya saing jangka panjang kami," kata Teddy.

MBMA juga terus berinvestasi pada proyek strategis, termasuk pembangunan fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) yang terintegrasi bersama mitra industri bahan baku baterai global. 

PT ESG New Energy Material (PT ESG), pabrik HPAL dengan kapasitas 30 ribu ton nikel per tahun dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), menjual 9.465 ton nikel dalam MHP sepanjang semeseter pertama 2025 melalui operasi Train A, sementara Train B mulai berproduksi pada akhir kuartal kedua 2025. 

Konstruksi pabrik HPAL PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) dengan kapasitas 90 ribu ton nikel per tahun dalam MHP telah mencapai 29 persen dengan target komisioning Train pertama pada pertengahan 2026. 

Selain itu, pembangunan dua Feed Preparation Plant (FPP) dan jalur pipa slurry untuk mengirim bijih limonit ke fasilitas HPAL di Morowali juga berjalan lancar, dengan target penyelesaian pada akhir 2025 dan pertengahan 2026. 

Proyek strategis lainnya juga berjalan sesuai jadwal, termasuk fasilitas Acid Iron Metal (AIM) yang dioperasikan PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI), mencakup pabrik pirit, asam, logam klorida, dan katoda tembaga. 

Pabrik pirit dan asam telah beroperasi pada kapasitas penuh, sementara dua pabrik lainnya diperkirakan mencapai produksi penuh menjelang akhir tahun ini. 

"Kami sangat optimis pertumbuhan berkelanjutan produksi bijih nikel kami serta kemajuan proyek HPAL dan AIM, akan membawa transformasi besar bagi MBMA," ujar Teddy.

(NIA DEVIYANA)

SHARE