Dana Negara Rp200 Triliun Siap Masuk ke Perbankan, Intip Dampaknya ke Ekonomi dan IHSG
Pemerintah tengah menyiapkan rencana penyaluran sekitar Rp200 triliun dari cadangan kas di Bank Indonesia (BI) ke sistem perbankan.
IDXChannel – Pemerintah tengah menyiapkan rencana penyaluran sekitar Rp200 triliun dari cadangan kas di Bank Indonesia (BI) ke sistem perbankan, dengan tujuan memperkuat likuiditas dan mendongkrak penyaluran kredit.
Menurut pengamat pasar modal Michael Yeoh, langkah tersebut akan berdampak luas bagi perekonomian.
“Ini artinya, menambah likuiditas dan bumper kredit. Hal menarik lainnya adalah dari total saldo kas Rp425 triliun tersebut yang disalurkan Rp200 triliun,” katanya, Kamis (11/9/2025).
Ia menambahkan, pemerintah juga menekankan pengawasan ketat agar dana ini tidak kembali terserap ke instrumen moneter.
“Sehingga uang ini akan dipantau ketat agar tersalur ke masyarakat. Artinya, akan ada pertambahan jumlah M2 (velocity money), atau uang yang tersebar di masyarakat. Efeknya, kita akan melihat peningkatan inflasi, Purchasing Managers' Index (PMI), dan konsumsi masyarakat,” tutur Michael.
Menurutnya, kebijakan ini memang sudah lama dinantikan. “Ini adalah hal yang ditunggu-tunggu negara kita. Pengetatan secara moneter tidak memberi dampak besar selama ini,” ujarnya.
Ia mencontohkan upaya pemerintah yang selama ini lebih banyak melalui intervensi penjualan obligasi dan penurunan suku bunga acuan. “Perlu adanya daya beli dari masyarakat. Yang diharapkan dengan kebijakan ini adalah solusi utama,” ucap Michael.
Terkait dampaknya bagi saham, ia menilai efek langsung belum terlihat. “Untuk saham sendiri, tidak terjadi dampak langsung,” tuturnya.
Namun, ia menekankan ada prospek positif di sektor keuangan dan konsumsi.
“Penyaluran kredit yang lebih besar artinya loan growth dan net interest margin (NIM) akan meningkat, selama non-performing loan (NPL) bisa dipertahankan. Peningkatan modal kerja ke masyarakat akan meningkatkan belanja serta pendapatan juga,” kata dia.
Menurutnya, kondisi ini berpotensi memberikan dorongan pada emiten ritel, perbankan, hingga sektor konsumer yang tercatat di bursa.
Rencana injeksi dana ratusan triliun rupiah disambut positif pasar, mendorong saham perbankan utama menguat pada Kamis (11/9/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun naik 0,86 persen ke level 7.765,45 hingga siang hari.
Saham bank pelat merah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) melambung 6,10 persen ke level Rp4.350 per unit, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) terkerek 5,15 persen menjadi Rp4.080 per unit, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) naik 2,73 persen.
Sementara itu, saham bank swasta terbesar milik Grup Djarum, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga menghijau, yakni sebesar 0,64 persen.
Injeksi Dana Rp200 Triliun
Diberitakan sebelumnya, Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, mengaku telah melaporkan ke Presiden Prabowo bahwa pemerintah memiliki kas sebesar Rp425 triliun di rekening BI.
Ia berencana mengalirkan Rp200 triliun dari dana tersebut ke sistem perbankan untuk menggerakkan sektor riil.
Ia juga akan meminta bank sentral untuk tidak menyerap uang tersebut. Menurut Purbaya, meskipun kas pemerintah akan berkurang untuk program, sektor swasta akan mengambil alih sebagai motor penggerak ekonomi.
Lebih lanjut, Purbaya membandingkan kondisi ekonomi di era kepemimpinan sebelumnya. Menurutnya, pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pertumbuhan ekonomi bisa mencapai hampir 6 persen karena laju pertumbuhan uang primer tinggi, yang mendorong pertumbuhan kredit swasta.
Sementara itu, pada masa Presiden Jokowi, pertumbuhan ekonomi rata-rata di bawah 5 persen karena uang beredar tumbuh lebih rendah.
Oleh karena itu, Purbaya berkomitmen untuk menggabungkan kekuatan sektor swasta dan fiskal pemerintah. Ia percaya, dengan menciptakan kondisi yang mendukung, pertumbuhan ekonomi 6,5 persen bukan hal yang mustahil.
"Saya termasuk yang percaya bahwa agen-agen ekonomi itu mempunyai otak sendiri. Pemerintah enggak mungkin mengontrol semua agen ekonomi untuk berjalan, tapi saya ciptakan kondisi di mana mereka berpikir dan berjalan dan bisa tumbuh, bisa berbisnis dengan suasana situasi yang ada. Itu yang ingin kita ciptakan," kata dia saat rapat kerja perdana dengan Komisi XI DPR, Rabu (10/9/2025).
Dalam rapat itu, dia menyindir Komisi XI yang kerap rapat dengan Menteri Keuangan sebelumnya namun tidak pernah mempertanyakan masalah ini.
"Yang jadi pertanyaan saya kan, di sini Komisi 11 rapatnya dengan Menteri Keuangan (Sri Mulyani) berapa ratus hari dalam setahun. Kenapa tidak pernah mempertanyakan itu? Dan saat saya datang ke sini, tiba-tiba, wow, semuanya (pertanyaan) panjang-panjang sekali. Yang harusnya, sudah putus pada waktu itu," ungkapnya.
Meskipun menyayangkan kondisi tersebut, Purbaya berjanji akan segera memperbaiki kebijakan ekonomi. Ia menekankan bahwa perbaikan struktural lain bisa dilakukan, tetapi ia akan fokus pada solusi cepat (quick win), yaitu mengembalikan kondisi ekonomi yang melemah.
"Ke depan, yang saya lakukan adalah memperbaiki itu. Sebelum mengubah yang lain-lain. Saya akan balik kondisi yang memburukkan langkah kita sendiri. Oh, bagaimana? Ya, paling bagus percepatan, percepat belanjanya," tutur Purbaya. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.