Data Tenaga Kerja AS Membaik, Wall Street Cs Menguat
Bursa saham AS, Wall Street menguat pada perdagangan Kamis, karena data pasar tenaga kerja yang menunjukkan perbaikan
IDXChannel - Bursa saham AS, Wall Street menguat pada perdagangan Kamis, karena data pasar tenaga kerja yang menunjukkan perbaikan. Data tersebut meningkatkan ekspektasi dalam pemulihan ekonomi.
Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran turun lebih dari yang diharapkan pekan lalu sebanyak 406.000 orang. Hal ini karena pembatasan wilayah untuk mencegah penularan Covid-19 telah dicabut.
Data tersebut juga mendorong kenaikan imbal hasil US Treasury hingga 1,625%. Namun, imbal hasil 10-tahun tetap dalam level penurunan selama beberapa hari, yang dapat menjaga kekhawatiran inflasi dan membatasi rotasi di dalam sektor.
Investor mengamati dengan cermat data ekonomi dan komentar pejabat Federal Reserve, terkait tanda-tanda inflasi tak terkendali dan kemungkinan Bank Sentral dapat mengubah langkah-langkah stimulus yang sudah dilakukan sebelumnya.
“Saat melihat klaim pengangguran yang benar-benar menunjukkan kemajuan. Laporan pekerjaan yang kuat akan memberikan beberapa dukungan, tapi sampai saat itu masih ada ketidakpastian, jadi menurut saya tidak banyak momentum baik," kata Kepala Investasi Commonwealth Financial Network, Brad McMillan, dilansir dari Reuters, Jumat (28/5/2021).
Dow Jones Industrial Average naik 141,59 poin atau 0,41% menjadi 34.464,64. S&P 500 naik 4,89 poin, atau 0,12% menjadi 4.200,88 dan Nasdaq Composite turun 1,72 poin, atau 0,01% menjadi 13.736,28.
Adapun volume perdagangan di Bursa AS mencapai 12,48 miliar saham atau lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 10,52 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.
Sementara itu, saham pembuat pesawat, Boeing naik 3,87% atau menjadi saham dengan kenaikan tertinggi pada indeks Dow, setelah saingannya Airbus menguraikan peningkatan hampir dua kali lipat dalam produksi.
Sebagai informasi, investor menantikan laporan pengeluaran konsumsi yang akan dirilis pada Jumat. Hal ini menjadi sorotan karena berpengaruh terhadap inflasi dan nantinya pada kebijakan Bank Sentral.
Pejabat Fed juga telah berulang kali menyatakan bahwa bank sentral belum siap untuk menyesuaikan kebijakan moneternya, meski beberapa pihak menyarankan untuk terbuka dan mulai membahas pengurangan rencana pembelian obligasi.
(SANDY)