MARKET NEWS

Defisiensi Modal, Primarindo Asia (BIMA) Masuk Daftar Pantau Khusus

Aldo Fernando - Riset 02/09/2022 10:48 WIB

Pihak bursa memasukkan saham emiten produsen alas kaki PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) ke dalam daftar pemantauan khusus.

Defisiensi Modal, Primarindo Asia (BIMA) Masuk Daftar Pantau Khusus. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan saham emiten produsen alas kaki PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) ke dalam daftar pemantauan khusus mulai Jumat (2/9/2022).

Menurut pengumuman di website BEI, BIMA mendapatkan krieria efek dalam pemantauan khusus nomor 5. Artinya, perusahaan memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan terakhir.

Dengan ini, BIMA bergabung dengan 134 saham emiten lainnya dalam daftar tersebut.

“Menunjuk Peraturan Nomor II-S tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas Dalam Pemantauan Khusus dan dalam rangka memberikan perlindungan kepada Investor terkait informasi fundamental dan/atau likuiditas Perusahaan Tercatat, dengan ini Bursa menetapkan Daftar Efek Bersifat Ekuitas Dalam Pemantauan Khusus berlaku efektif pada tanggal 2 September 2022,” jelas BEI dalam keterangan tertulis, Jumat (2/9/2022).

Sebelumnya, dalam rilis laporan keuangan per semester I 2022, pada Rabu lalu (31/8), BIMA mencatatkan ekuitas negatif sebesar Rp848,77 juta per 30 Juni 2022.

Padahal, pada 30 Desember 2021, BIMA masih membukukan ekuitas positif Rp9,37 miliar.

Secara historis, BIMA seringkali menanggung ekuitas negatif.

Berdasarkan penelusuran cepat IDX Channel di website perusahaan dan internet, setidaknya sejak 2005 (karena keterbatasan data di internet), perusahaan 15 kali memiliki defisiensi modal.

Bahkan, BIMA mengalami ekuitas negatif secara beruntun dalam periode 2005 sampai akhir 2018.

Perusahaan ini sempat mencatatkan ekuitas positif pada 31 Desember 2019, 31 Desember 2020, dan 31 Desember 2021.

Dari laporan laba rugi teranyar, BIMA mencatatkan pendapatan bersih Rp34,42 miliar pada semester I 2022, naik 100,55% secara tahunan (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Hanya saja, lantaran beban pokok dan beban operasional yang membengkak, perusahaan kembali membukukan rugi bersih Rp9,88 miliar dalam 6 bulan pertama 2022. Pada semester I 2021, rugi bersih perusahaan sebesar Rp19,43 miliar.

Sementara, per 30 Juni 2022, total aset perusahaan Rp243,83 miliar, didominasi liabilitas atau kewajiban yang mencapai Rp244,68 miliar.

Kendati mengalami defisiensi modal, harga saham BIMA sudah naik 22,41% dalam sebulan belakangan dan menguat 15,45% sejak awal tahun (ytd). Adapun, dalam setahun terakhir, saham emiten yang melantai di bursa sejak 1994 ini melambung tinggi 113,53%. (ADF)

SHARE