Delta Dunia Makmur (DOID) Catat Rugi USD26,58 Juta Imbas Pelemahan Rupiah
Emiten kontraktor batu bara PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) mencatatkan rugi sebesar USD26,58 juta atau setara Rp432,32 miliar di enam bulan pertama 2024.
IDXChannel - Emiten kontraktor batu bara PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) mencatatkan rugi sebesar USD26,58 juta atau setara Rp432,32 miliar (mengacu kurs Jisdor Rp16.294 per USD) di enam bulan pertama tahun 2024. Hasil ini berbalik dari periode yang sama tahun 2023 yakni untung USD4,92 juta atau setara dengan Rp73,84 miliar (kurs jisdor 27 Juni Rp15 ribu per USD).
Direktur DOID Dian Andyasuri mengatakan, kerugian perseroan disebabkan oleh berkurangnya laba usaha dan kerugian selisih kurs sebesar USD12 juta akibat pelemahan Rupiah dan dolar Australia (AUD), tanpa berdampak pada kas. Kerugian selisih kurs tersebut merupakan kerugian yang belum direalisasikan (unrealized loss) dan merupakan hasil dari perlakuan akuntansi (accounting treatment).
“Jika kerugian selisih kurs dinormalisasi, bersama dengan dampak dari Secured Overnight Financing Rate (SOFR) dan biaya persetujuan satu kali (one-off consent costs), kerugian bersih Grup sebesar USD1 juta, mendekati break even yang menunjukkan ketahanan bisnis,” kata dia dalam keterangan resminya pada Kamis (1/8/2024).
Sementara itu, pendapatan perseroan tercatat turun tipis 0,24 persen dari sebelumnya USD857,07 juta menjadi USD854,97 juta atau Rp13,90 triliun. Sedangkan, EBITDA perseroan turun 9 persen menjadi USD160 juta, didorong oleh volume yang lebih rendah.
Secara rinci, pendapatan investasi DOID tercatat sebesar USD2,42 juta atau Rp39,40 miliar. Kemudian, pendapatan penambangan batu bara dan jasa pertambangan tercatat sebesar USD854,91 juta atau Rp13,90 triliun, serta pendapatan lainnya sebesar USD2,38 juta atau Rp38,81 miliar.
Di sisi lain, volume batu bara perseroan tetap stabil pada 42 metrik ton (MT), sementara pengupasan tanah (overburden removal) secara keseluruhan turun 5 persen sebesar 271 juta bank cubic meter (bcm) akibat curah hujan ekstrem yang terus berlanjut, yang memengaruhi tingkat produksi selama enam bulan terakhir.
“Kondisi cuaca ekstrem telah berdampak pada industri pertambangan secara luas di Indonesia dan sektor-sektor lain di seluruh Asia, namun kemampuan operasional dan adaptasi strategis grup memastikan kemajuan yang berkelanjutan dalam mencapai target,” ujar Dian.
Lebih lanjut, arus kas operasional untuk semester I-2024 meningkat 15 persen, mencapai sekitar USD164 juta, didorong oleh peningkatan yang signifikan dalam pengelolaan modal kerja.
Namun, arus kas bebas menurun karena investasi yang signifikan pada aset-aset seperti Sun Energy dan akuisisi strategis Atlantic Carbon Group, Inc (ACG) yang baru saja dirampungkan. Jika dinormalisasi dengan akuisisi ACG, arus kas bebas akan menjadi USD68 juta dibandingkan dengan negatif USD47 juta.
Di samping itu, ekspansi operasional juga mendorong sebagian besar pertumbuhan belanja modal perseroan pada paruh pertama yang meningkat 78 persen menjadi USD79 juta. Pengeluaran tersebut mendukung kegiatan ramp-up di sejumlah site yang ada di Indonesia dan Australia serta kapitalisasi biaya perbaikan dan pemeliharaan, sejalan dengan panduan belanja modal perseroan untuk setahun penuh sebesar USD150 juta hingga USD190 juta.
“Seiring dengan ekspansi operasional, mempertahankan kontrol yang ketat atas belanja modal tetap menjadi fokus utama,” kata Dian.
(Dhera Arizona)