Deretan Emiten Teknologi Terbesar, Pilih Mana?
Emiten teknologi terbesar ini bisa menjadi pilihan Anda untuk menentukan investasi. Emiten ini mempunya market capital terbesar.
IDXChannel - Emiten teknologi terbesar ini bisa menjadi pilihan Anda untuk menentukan investasi. Emiten ini mempunya market capital terbesar.
Investasi di sektor teknologi memiliki risiko yang cukup tinggi lantaran emiten di bidang ini membutuhkan modal investasi yang relatif lebih besar.
Sejak penerbitannya pada tahun 2021, nilai indeks ini sempat meroket lebih dari lima kali lipat. Pada Juli 2021, sempat menembus angka 11.800 kemudian perlahan turun hingga angkat 4.565.
Sehingga, perlu diperhatikan sebelum membeli saham di sektor ini. Perlu analisis yang mendalam dan hati-hati. Berikut, beberapa saham teknologi dengan market capital terbesar yang mungkin akan membantu Anda dalam menentukan investasi.
1. Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)
GOTO merupakan gabungan antara Gojek dan e-commerce Tokopedia. Perusahaan ini berdiri pada tahun 17 Mei 2021. Perusahaan ini bergerak di e-commerce, on-demand services, bahkan layanan Financial Technology.
Produk dan jasa perusahaan sendiri ditawarkan melalui platform Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial Indonesia. GOTO resmi listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 April 2022. Dia membuka harganya sebesar Rp338 per lembar.
GOTO menjadi kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di sektor teknologi, yakni Rp 110,15 triliun. Saham GOTO melonjak pada Selasa (15/8/2023). Menurut data BEI, saham GOTO ditutup naik 6,59 persen ke Rp97 per saham.
Dari data yang diterima penurunan rugi bersih perusahaan terjadi seiring kenaikan pendapatan bersih menjadi Rp6,9 triliun. Angka ini naik 102 persen secara year on year (YoY) dari semester I-2022 yang sebesar Rp3,4 triliun.
2. DCI Indonesia Tbk (DCII)
DCII yakni salah satu perusahaan yang bergerak dibidang teknologi. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2011. DCII bergerak pada layanan jasa perusahaan seperti penyediaan jasa penyimpanan data di server (hosting) dan penyediaan data center (colocation).
Saham DCII tercatat melantai di BEI pada 6 Januari 2021. Saat itu harga persahamnya mencapai Rp420 per saham.
Saham DCII sempat meroket hingga lebih dari luma kali lipat pada pertengahan Mei tahun 2021 lalu. Alhasil, harga saham perusahaan ini relatif konsisten di level Rp30 ribu hingga Rp45 ribu per lembar. Market cap saham DCI Indonesia menembus Rp82,24 triliun.
3. Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)
EMTK yakni perusahaan yang menyediakan layanan komputer pribadi. EMTK bergerak di jasa media, jasa teknologi dan telekomunikasi, industri, perdagangan, serta pembangunan.
EMTK didirikan pada didirikan pada tahun 1983 oleh Eddy Kusnadi Sariaatmadja dan Fofo Sariaatmadja. EMTK tercatat melantai di BEI pada 12 Januari 2010. Saat ini, market cap saham EMTEK tembus Rp37,66 triliun.
4. Bukalapak.com Tbk (BUKA)
BUKA merupakan perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce. Buka melakukan pengelolaan kegiatan transaksi elektronik di web dan platform digital.
BUKA didirikan pada 2010 oleh tiga mahasiswa ITB yakni Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhamad Fajrin Rasyid. Setelah 11 tahun, BUKA resmi melantai di BEI pada tahun 26 Agustus 2021. Pada tahun 2017 BUKA menyandang status unicorn. Harga per sahamnya mencapai Rp850 per saham.
Saat ini, market cap BUKA sebesar Rp23,91 triliun.
5. PT Indointernet Tbk (EDGE)
EDGE merupakan perusahaan penyedia Internet Service Provider, aktivitas hosting, aktivitas telekomunikasi dengan kabel, manajemen fasilitas komputer. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1994.
EDGE resmi melantai di BEI pada 8 Februari 2023 dengan harga penawaran Rp7.375 per lembar. Saat ini, harga per lembar sahamnya mencapai Rp18.000, dengan market cap menyentuh angka Rp7,27 triliun.
6. Metrodata Electronics Tbk (MTDL)
MTDL merupakan perusahaan yang bergerak di bidang distribusi produk dan jasa teknologi di Indonesia. Mereka mendistribusikan perangkat keras atau perangkat lunak seperti merek Dell dan Acer
MTDL didirikan pada tahun 1975, perusahaan ini mulai listing di BEI pada 9 April 1990. MTDL pada enam bulan pertama 2023 mencatatkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp9,3 triliun.
Meski secara tahunan capaian tersebut turun 4%, namun jika dibandingkan antar kuartal telah terjadi pertumbuhan pendapatan 7%.
Dari sisi laba bersih, pada periode ini MTDL berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp272,2 miliar atau tumbuh 0,3% secara tahunan dari periode yang sama tahun sebelumnya.