MARKET NEWS

Deretan Merger di RI yang Mampu Hasilkan Entitas Baru Lebih Kuat

Fiki Ariyanti 23/12/2024 13:46 WIB

Deretan merger di Indonesia yang mampu menghasilkan entitas baru yang lebih kuat. Salah satunya EXCL dengan FREN.

Deretan Merger di RI yang Mampu Hasilkan Entitas Baru Lebih Kuat (foto mnc media)

IDXChannel - Industri telekomunikasi baru-baru ini diramaikan dengan proses merger antara PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN). Proses merger ini disebut cukup fenomenal setelah aksi korporasi serupa antara PT Indosat Tbk (ISAT) dengan Hutchinson.

Disebut fenomenal karena merger tersebut bertujuan membentuk entitas yang lebih kuat dan kompetitif di pasar telekomunikasi nasional. Melalui sinergi aset dan sumber daya, perusahaan baru ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan serta menghadirkan solusi digital yang lebih luas. 

Merger ini juga menunjukkan tren konsolidasi industri sebagai respons terhadap meningkatnya permintaan layanan data dan digitalisasi.

“Dengan investasi yang lebih efisien dan strategi bisnis yang terintegrasi, merger seperti yang dilakukan XL Axiata dengan Smartfren berpotensi membawa manfaat ekonomi signifikan sekaligus mengubah lanskap industri,” ujar Pengamat Ekonomi INDEF, M. Rizal Taufikurahman, Senin (23/12/2024).

Rizal menuturkan, merger dan akuisisi merupakan langkah atau strategi bisnis yang biasa dilakukan di dunia usaha. Dengan tujuan yang terukur dan komitmen bersama, kebijakan merger dapat dilakukan untuk memperkuat pangsa pasar.

“Intinya, merger dan akuisisi ini merupakan respons logis terhadap perubahan dan tuntutan pasar yang berkembang,” ujar Rizal.

Sejarah mencatat bahwa perusahaan-perusahaan dapat melakukan M&A saat berada dalam dua situasi berbeda. Pertama, adalah saat situasi ekonomi sedang sangat sulit. Penyebab lain adalah situasi yang kebalikannya, yaitu saat keuangan perusahaan justru sedang sangat baik.

Contoh lainnya juga terjadi pada PT Tridomain Performance Materials Tbk (TDPM). Di tengah pandemi Covid-19, terjadi perubahan kepemilikan saham di DH Corporation Ltd, yang sebelumnya dimiliki oleh Hadiran Sridjaja yang memutuskan untuk keluar dari bisnis resin sintetis secara keseluruhan. 

Hal ini membuka peluang bagi Xing Wang Group untuk mengakuisisi bisnis tersebut sebagai bagian dari upaya ekspansi operasi mereka di Indonesia.

Setelah diambilalih oleh Xing Wang Group, TDPM berganti nama menjadi PT Tianrong Chemical Industry.

Rizal mencatat, meskipun peningkatan profit sering menjadi tujuan utama, namun aksi merger dan akuisisi ini juga memiliki dimensi strategis lainnya. Perusahaan kerap memanfaatkan aksi korporasi tersebut untuk mendapatkan teknologi baru, memperluas jangkauan pasar, atau mendiversifikasi bisnis demi mengurangi risiko di sektor tertentu.

Hal ini penting untuk menjaga stabilitas jangka panjang. Jadi, selain mencari profit, merger dilakukan untuk memastikan perusahaan mampu bertahan dan berkembang dalam lingkungan bisnis yang dinamis dan penuh tantangan.

Demikian juga yang terjadi pada merger Gojek dengan Tokopedia yang melahirkan entitas baru Bernama PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). 

GoTo menjadi ekosistem teknologi terbesar di Indonesia dengan layanan yang mencakup transportasi, e-commerce, dan layanan keuangan digital. Merger ini tidak hanya memperluas pasar dan meningkatkan efisiensi, tetapi juga memperkuat posisi GoTo dalam menghadapi kompetisi regional di era digital.

“Keberhasilan merger ini menunjukkan bagaimana sinergi yang tepat mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaan, konsumen, dan perekonomian secara keseluruhan. Dalam sektor yang kompetitif, merger dan akuisisi menjadi strategi ampuh untuk mempertahankan eksistensi di tengah tekanan persaingan yang ketat,” kata Rizal.

Saat ini, sambungnya, pasca-pandemi, aktivitas merger dan akuisisi kembali meningkat. Fokus perusahaan tidak lagi sekadar bertahan, tetapi juga berkembang melalui konsolidasi strategis. 

“Teknologi dan inovasi menjadi faktor pendorong utama, berbeda dengan pandemi ketika perusahaan lebih fokus pada efisiensi biaya dan adaptasi mendadak terhadap krisis,” ujar Rizal yang juga Head of Center INDEF itu.

(Fiki Ariyanti) 

SHARE