Deretan Raja Properti di Pasar Modal Nasional
sepak terjang para taipan properti tersebut juga tak bisa dilepaskan dari dinamika industri pasar modal dalam negeri.
IDXChannel - Sebagai salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia, urusan ketersediaan hunian terus menjadi hal krusial di Indonesia.
Dengan gelombang permintaan yang tinggi dan terus melonjak, tak heran bila potensi bisnis properti seolah 'tak ada matinya'.
Meski demikian, tetap bukan perkara mudah bagi kalangan awam atau pengusaha pemula untuk dapat terjun dan bersaing di bisnis properti.
Pengalaman memadai, pemahaman yang mumpuni tentang hukum pertanahan, penguasaan atas lahan (landbank) dan tentu strategi marketing yang ciamik, menjadi deretan syarat bagi seorang pengusaha untuk dapat bersaing di industri properti domestik.
Dengan kondisi tersebut, persaingan bisnis properti Tanah Air pun memunculkan para 'pemain' besar dan merajai pasar nasional.
Dengan perusahaan yang juga telah go public, sepak terjang para taipan properti tersebut juga tak bisa dilepaskan dari dinamika industri pasar modal dalam negeri.
Siapa saja kah deretan pengusaha tajir yang berkiprah di sektor properti bursa saham Indonesia tersebut, berikut ini daftarnya, yang dihimpun dari berbagai sumber.
1. Sinarmas Group
Didirikan oleh taipan senior, Eka Tjipta Widjaja, Sinarmas Group sukses membangun gurita bisnisnya di berbagai sektor industri.
Pada 2022, Forbes mencatat nilai kekayaan Keluarga Widjaja mencapai USD10,8 miliar, atau sekitar Rp162 triliun (kurs Rp15.000 per dolar AS), yang menjadikannya sebagai pengusaha peringkat tiga terkaya di Indonesia.
Sejauh ini, Keluarga Widjaja memiliki deretan perusahaan andalan yang berkiprah di sejumlah sektor industri. Misalnya saja di sektor telekomunikasi lewat brand provider Fren, industri kertas melalui PT Tjiwi Kimia dan juga sektor jasa keuangan melalui Bank Sinarmas.
Di sektor properti, Keluarga Widjaja diketahui menggunakan kendaraan bisnisnya, Sinarmas Land, yang terdaftar pada bursa saham Singapura dengan nama Sinarmas Land Ltd, dengankode saham A26.
Di Indonesia, kelompok ini mengembangkan kawasan kota mandiri di Tangerang Selatan, dengan nama kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), dan dikelola lewat PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).
Perusahaan ini kemudian mendirikan anak usaha, yaitu PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI), yang diketahui juga memiliki aset properti yang tersebar di Jakarta, Bogor, Surabaya, Depok, Bekasi, Batam, Balikpapan, hingga China.
Saat ini, saham BSDE diperdagangkan di level Rp1.120 per saham. Sedangkan saham DUTI dijual ke pasar dengan harga Rp4.850 per saham.
2. Lippo Group
Grup bisnis yang didirikan oleh Mochtar Riady ini memiliki dua kendaraan bisnis di sektor properti, yaitu PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK). Sesuai namanya, dua emiten tersebut masing-masing merupakan pengembang di kawasan Karawaci dan Cikarang.
Proyek properti terbaru sekaligus terbesar yang tengah digarap oleh Lippo Group adalah pembangunan Kota Baru Meikarta di Bekasi. Proyek ini dikerjakan melalui anak usaha LPKR, yaitu PT Mahkota Sentosa Utama (MSU).
Lahir di Jawa Timur, Mochtar Riady membuka toko sepeda pada usia 22 tahun dan membangun karir perbankan yang sukses hingga krisis keuangan Asia 1997. Saat ini minat grup Lippo meliputi real estat, ritel, perawatan kesehatan, media, dan pendidikan.
Dikutip dari Forbes, pada 2022 Keluarga Riady tercatat di peringkat 29 dalam daftar 50 pengusaha terkaya di Indonesia, dengan kekayaan mencapai USD1,45 miliar, atau setara dengan Rp21,75 triliun (kurs Rp15.000 per dolar AS).
Saat ini, saham LPKR dijual pada harga Rp105 per saham. Masih belum rampungnya permasalahan yang melingkupi Proyek Meikarta menjadi pemberat kinerja saham LPKR di pasar saham Indonesia. Sedangkan LPCK pada saat yang sama dibanderol sebesar Rp1.005 per saham.
3. Ciputra Group
Induk dari grup bisnis ini adalah PT Ciputra Development Tbk (CTRA). Grup ini dibangun oleh pengusaha Tionghoa bernama Tjie Tjin Hoan, atau lebih dikenal dengan nama Ciputra (Pak Ci).
Merantau dari Parigi, Sulawesi Tengah, ke Jawa, Ciputra kuliah di Institut Teknologi Bandung, dan selepas lulus mulai mengawali peruntungan bisnis propertinya dengan membangun Pusat Perbelanjaan Senen, di Jakarta Pusat, pada 1961.
Selain membangun bisnisnya lewat Ciputra Group, Ciputra juga dikenal lewat PT Pembangunan Jaya, yang kemudian membangun kawasan wisata Taman Impian Jaya Ancol, yang dikelola oleh PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA).
Selain itu, kendaraan lain Ciputra di bisnis properti adalah melalui PT Metropolitan Development, atau juga dikenal dengan nama Metropolitan Group. Dalam perjalanannya, perusahaan ini melahirkan PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland.
Ciputra sendiri diketahui telah meninggal di Singapura pada 27 November 2019 lalu, sehingga roda bisnis miliknya kini dijalankan oleh anak-anaknya.
Menurut data Forbes pada 2022 lalu, Keluarga Ciputra ada di peringkat ke-33 orang terkaya di Indonesia, dengan kekayaan mencapai USD1,25 miliar atau setara dengan Rp18,75 triliun.
Saham CTRA kini dijual dengan harga Rp1.120 per saham. Sementara saham PJAA dibanderol seharga Rp855 per saham. Sedangkan saham MTLA dilego di pasar saham dengan harga Rp388 per saham.
4. Pakuwon Group
Kerajaan bisnis ini bisa dianggap sebagai raja properti dan mall yang menguasai pasar Surabaya, dengan keberadaan Tunjungan Plaza dan Pakuwon Mall di kota tersebut.
Meski bukan berada di Jakarta, kedua mall tersebut hingga saat ini tercatat sebagai mall pertama dan kedua terbesar di Indonesia.
Grup properti satu ini dimiliki oleh Alexander Tedja, yang dalam daftar Forbes berada di peringkat 47 orang terkaya di Indonesia, dengan kekayaan mencapai USD1,2 miliar.
Di pasar saham, grup ini dikenal lewat PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), yang sahamnya saat ini diperdagangkan di level harga Rp468 per saham.
5. Agung Podomoro Group
Grup ini diakui publik sebagai pengembang properti terbesar di Indonesia, melalui PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN). Perusahaan ini dimiliki oleh Trihatma Kusuma Haliman, yang kekayaannya tercatat mencapai Rp6,98 triliun.
Posisinya sebagai Raja Properti Indonesia juga terkonfirmasi, saat tak ragu membeli proyek apartemen di Le Nouvel Ardmore, Singapura, dengan nilai mencapai Rp207 miliar.
Saat ini, saham APLN diperdagangkan di pasar saham dengan harga Rp154 per saham. (TSA)