Deretan Saham Layak Dilirik di Tengah Volatilitas Era Trump dan Konflik Iran-Israel
Ketidakpastian geopolitik dan narasi agresif Presiden AS Donald Trump kerap menjadi pemicu volatilitas di pasar keuangan global belakangan ini.
IDXChannel – Ketidakpastian geopolitik dan narasi agresif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kerap menjadi pemicu volatilitas di pasar keuangan global belakangan ini.
Meski kabar gencatan senjata Iran-Israel membawa angin segar, analis mengingatkan agar investor tetap selektif dan fokus pada saham-saham dengan prospek fundamental kuat.
“Sudah hal yang lumrah indeks bergerak volatil di era kepemimpinan Trump,” ujar pengamat pasar modal Michael Yeoh, Selasa (24/6/2025). Ia menilai gaya komunikasi Trump yang agresif dan aktif di media sosial kerap memicu reaksi pasar yang berlebihan.
Namun, menurut Michael, alih-alih larut dalam euforia kabar geopolitik, investor sebaiknya mencermati saham-saham yang memiliki landasan fundamental yang kuat.
“Banyak saham-saham yang akan melakukan corporate action seperti rights issue, merger, dan pembagian dividen, atau perombakan manajemen. Hal-hal seperti ini perlu menjadi pegangan bagi investor,” tuturnya.
Secara teknikal, ia melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mencapai target pola bearish double top di kisaran 6.750–6.700 dan berpotensi rebound menuju 7.000 jika momentum terjaga.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (25/6/2025), pukul 10.00 WIB, IHSG menguat 0,10 persen ke level 6.876. Pada Selasa (24/6), IHSG rebound 1,21 persen sekaligus mengakhiri rentetan pelemahan 4 hari beruntun sebelumnya.
Dalam situasi pasar seperti ini, Michael menyarankan agar investor melirik saham-saham non-blue chip yang memiliki eksposur terhadap dana asing dan potensi pertumbuhan. Beberapa nama yang disebut antara lain PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Melansir dari Reuters, Rabu (25/6), gencatan senjata sejauh ini masih bertahan, meski pihak Israel menyatakan akan merespons keras serangan rudal dari Iran yang terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan berakhirnya konflik.
Di sisi lain, penilaian awal intelijen AS menyebutkan bahwa serangan udara AS tidak menghancurkan kapabilitas nuklir Iran, dan hanya menundanya selama beberapa bulan. Temuan ini bertolak belakang dengan pernyataan Trump sebelumnya yang menyebut program nuklir Iran telah “dilenyapkan”. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.