MARKET NEWS

Dihajar Sentimen Dalam dan Luar Negeri, Rupiah Melemah Rp16.300 per USD

Anggie Ariesta 30/07/2024 15:40 WIB

Nilai tukar Rupiah ditutup melemah 19 poin atau 0,12 persen ke level Rp16.300 per USD pada perdagangan hari ini (30/7).

Dihajar Sentimen Dalam dan Luar Negeri, Rupiah Melemah Rp16.300 per USD (foto mnc media)

IDXChannel - Nilai tukar Rupiah ditutup melemah 19 poin atau 0,12 persen ke level Rp16.300 per USD pada perdagangan hari ini (30/7). Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah sempat dibuka pada level Rp16.313 per USD.

Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, USD dipengaruhi oleh fokus pasar yang sepenuhnya beralih ke suku bunga AS. 

"Kehati-hatian ini membuat para pedagang bias terhadap dolar, dengan Fed akan memulai pertemuan dua hari pada Selasa nanti. Bank sentral secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada akhir pertemuan Rabu," kata Ibrahim dalam risetnya, Selasa (30/7).

Namun, sinyal apapun tentang kapan rencana ntuk mulai memangkas suku bunga akan diawasi dengan ketat. Pasar secara umum memperkirakan pemangkasan suku bunga The Fed 25 basis poin pada September, tetapi pemotongan suku bunga lebih lanjut masih diragukan.

Selain itu, serangkaian berita ekonomi yang mengecewakan dari China telah mengguncang pasar baru-baru ini. Aktivitas manufaktur Negeri Tirai Bambu tersebut kemungkinan menyusut untuk bulan ketiga pada Juli, menurut jajak pendapat Reuters pada hari Senin.

Pada Senin, Citi memangkas perkiraan pertumbuhan China menjadi 4,8 persen dari 5 persen setelah pertumbuhan kuartal kedua negara itu tidak memenuhi perkiraan analis, dengan catatan bahwa aktivitas ekonomi semakin melemah pada Juli. 

Pasar tengah mengamati pertemuan mendatang dari badan pembuat keputusan utama China, Politbiro yang diharapkan berlangsung minggu ini yang dapat memeroleh dukungan kebijakan ekonomi lebih lanjut.

Namun, ekspektasi terbatas setelah Sidang Pleno Ketiga, pertemuan kebijakan utama pada pertengahan Juli, sebagian besar menegaskan kembali tujuan kebijakan ekonomi yang ada dan gagal mengangkat sentimen pasar. Fokus minggu ini adalah serangkaian pembacaan indeks manajer pembelian dari China, yang akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang ekonomi terbesar di Asia tersebut.

Dari sentimen domestik, diakui Gunawan, posisi utang pemerintahan naik menjadi Rp8.444,87 triliun hingga akhir Juni 2024 atau tiga bulan jelang berakhirnya kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Rasio ini tetap konsisten terjaga di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Kementerian Keuangan merinci, mayoritas utang pemerintah berasal dari dalam negeri dengan proporsi 71,12 persen.

Mengutip buku APBN Kita, posisi utang pemerintah pada Juni 2024 mengalami peningkatan dari Rp8.353,02 triliun pada Mei 2024 (month-to-month atau mtm). Dengan posisi utang tersebut, rasio utang per akhir Juni 2024 tercatat sebesar 39,13 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Sementara berdasarkan instrumen, komposisi utang pemerintah sebagian besar berupa Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai 87,85 persen. Per akhir Juni 2024, tercatat lembaga keuangan memegang sekitar 41,1 persen kepemilikan SBN domestik, terdiri dari perbankan 22,1 persen dan perusahaan asuransi dan dana pensiun sebesar 19,0 persen.

Kepemilikan SBN domestik oleh Bank Indonesia (BI) tercatat sekitar 23,1 persen yang antara lain digunakan sebagai instrumen pengelolaan moneter. Sementara itu, asing tercatat hanya memiliki SBN domestik sekitar 13,9 persen termasuk kepemilikan oleh pemerintah dan bank sentral asing.

Selain itu, lanjut Gunawan, pemerintah konsisten mengelola utang secara cermat dan terukur dengan menjaga risiko suku bunga, mata uang, likuiditas, dan jatuh tempo yang optimal. 

Pemerintah mengutamakan pengadaan utang dengan jangka waktu menengah-panjang dan melakukan pengelolaan portofolio utang secara aktif.

"Berdasarkan data di atas, Rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup melemah di rentang Rp16.290-Rp16.350 per USD," kata Gunawan. 

(Fiki Ariyanti)

SHARE