MARKET NEWS

Dinilai Masih Murah, Saham BBNI Dianggap Punya Peluang Jangka Panjang

Anggie Ariesta 26/04/2022 19:02 WIB

BBNI secara valuasi dari semua big banks adalah yang termurah, jadi peluang masih ada.

Dinilai Masih Murah, Saham BBNI Dianggap Punya Peluang Jangka Panjang (foto: MNC Media)

IDXChannel - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) telah mengkonfirmasi keberhasilannya mengakuisisi PT Bank Mayora. Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, dalam Public Expose secara virtual, Selasa (26/4/2022), mengaku tengah menyusun persiapan untuk pengembangan bisnis Bank Mayora, dengan melibatkan pemilik Shopee, yaitu Sea Ltd, sebagai tech partner.

Dengan aksi korporasi yang cukup mengejutkan tersebut, kinerja BNI ke depan dinilai cukup potensial. Selain tentunya ditopang oleh kinerja organik perusahaan, bank dengan kode saham BBNI tersebut dinilai berpeluang besar meraup 'cuan' dari pengembangan Bank Mayora sebagai bank digital di bawah naungannya.

VP Strategic Business Acquisition RHB Sekuritas Indonesia, Berlian Juveny, menilai bahwa BBNI cukup resilient yang dimana koreksinya sangat terbatas.

"BBNI ini tertingginya di 9.900 dan ini merupakan ada indikasi sector rotation tapi bisa dikatakan perubahan ke value stock," kata Berlian kepada MNC Portal, Selasa (26/4/2022).

RHB Sekuritas sendiri cukup terkejut dengan BBNI terkait arus investor asing yang masih deras masuk. Ditambah, juga BBNI tak terpengaruh jauh terkait ada libur lebaran yang bisa mempengaruhi IHSG.

Untuk update akuisisi Bank Mayora, menurut Berlian, BBNI secara valuasi dari semua big banks adalah yang termurah, jadi peluang masih ada.

"Secara teknikal, jangan heran kalau ada koreksi terlebih dahulu. Secara jangka panjang, selama arus masih deras masuk ke IHSG, saham BBNI dengan segala cerita bank digitalnya masih cukup bagus," ujarnya.

Pada 2021, menjadi momentum yang menjanjikan bagi bank digital, karena menjadi pusat perhatian. Bukan hanya perbankan, tapi juga korporasi, konglomerat hingga perusahaan rintisan alias startup berlomba-lomba masuk.

Tren ini pun sejalan dengan rencana dari regulator soal mengkonsolidasikan industri perbankan agar lebih kuat dari sisi permodalan. Konsekuensinya banyak bank kategori BUKU I, dijual dan dibeli oleh pemodal besar dan konglomerasi. (TSA)

SHARE