MARKET NEWS

Disebut Deal dengan TikTok, Ini Penyebab Saham GOTO Malah Anjlok 9 Persen

TIM RISET IDX CHANNEL 06/12/2023 17:47 WIB

Saham emiten e-commerce dan jasa ride-hailing PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) turun tajam pada Rabu (6/12/2023).

Disebut Deal dengan TikTok, Ini Penyebab Saham GOTO Malah Anjlok 9 Persen. (Foto: MNC Media)

IDXChannelSaham emiten e-commerce dan jasa ride-hailing PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) turun tajam pada Rabu (6/12/2023), kembali ke bawah level psikologis Rp100 per saham.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham GOTO ambles 8,91 persen ke level Rp92 per saham. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp1,21 triliun dan volume perdagangan 12,74 miliar saham, terbilang tinggi dalam 3 hari terakhir.

Bisa dibilang, para investor, terutama kakap, melego saham GOTO ala sell on news seiring kabar, pada Selasa (5/12), media sosial TikTok milik ByteDance Ltd. dikabarkan mencapai kesepakatan untuk berinvestasi di salah satu unit GOTO, Tokopedia.

Menurut ringkasan broker, investor via PT UBS Sekuritas Indonesia (kode broker: AK) menjadi penjual bersih (net seller) GOTO terbesar pada Rabu (6/12) dengan nilai Rp115,7 miliar. Investor dengan sekuritas PT JP Morgan Sekuritas Indonesia (BK) juga mencatatkan net sell jumbo, yakni Rp41,4 miliar.

Secara teknikal, dalam chart harian, saham GOTO sudah menembus ke bawah moving average (MA) 200 dan berpotensi menguji support selanjutnya di level Fibonacci 61,8 persen (Rp90) dan level psikologis 80.

TikTok siap Kerja Sama

Sebelumnya, melansir Bloomberg News, Selasa (5/12), sumber yang mengetahui perjanjian tersebut menjelaskan, layanan video asal China ini telah setuju secara umum untuk bekerja sama dengan Tokopedia milik GoTo di beberapa wilayah alih-alih bersaing langsung dengan platform Indonesia.

Kedua belah pihak akan mengumumkan rincian kerja sama tersebut secepatnya pada minggu depan, kata sumber anonim tersebut.

Sumber Bloomberg melanjutkan, meskipun kedua perusahaan telah mencapai kesepakatan informal, rincian akhir dari kerja sama tersebut sedang diselesaikan dan dapat berubah sebelum diumumkan.

Perjanjian tersebut juga masih harus menunggu persetujuan peraturan dan masih bisa gagal, tambah para sumber.

Dengan ini, investasi di Tokopedia akan menjadi investasi pertama bagi TikTok Shop, cabang layanan video ByteDance yang berkembang pesat dan membuat terobosan dalam belanja online dari Amerika hingga Eropa.

Dimiliki oleh ByteDance yang berbasis di Beijing, TikTok telah mencoba memetakan jalur baru untuk fitur dengan pertumbuhan tercepat, TikTok Shop, di negara RI, yang berpenduduk 278 juta jiwa yang seharusnya menjadi contoh ekspansi global dari AS ke Eropa.

Bagi GoTo, perusahaan internet terbesar di Indonesia, kesepakatan dengan TikTok bisa berisiko karena akan membantu pesaing ritel online terbesarnya untuk tetap beroperasi di negara tersebut. Namun, hal ini juga akan memberikan GoTo mitra media sosial global yang kuat dalam sebuah perjanjian yang dapat meningkatkan volume belanja dan pembayaran bagi kedua perusahaan.

TikTok sebelumnya telah berupaya melibatkan pejabat pemerintah dan perusahaan media sosial lainnya untuk mencari cara memulai kembali operasi e-commerce di negara tersebut.

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan TikTok telah berbicara dengan lima perusahaan termasuk Tokopedia, PT Bukalapak.com dan Blibli untuk kemungkinan kemitraan.

Indonesia adalah pasar pertama dan terbesar untuk TikTok Shop, dan belanja online telah menjadi fitur aplikasi media sosial dengan pertumbuhan tercepat dengan basis penggemar yang terus berkembang di negara ini.

TikTok memulai fitur belanja di Indonesia pada 2021 dan kesuksesan instannya telah mendorongnya untuk berekspansi ke ritel online di pasar lain, termasuk Amerika Serikat.

Indonesia adalah salah satu negara pertama di Asia Tenggara yang melakukan perlawanan terhadap TikTok.

Menyusul pembatasan di Indonesia, negeri jiran Malaysia mengatakan pihaknya sedang mempelajari kemungkinan meregulasi TikTok dan operasi e-commerce-nya. Raksasa media sosial ini sudah menghadapi kemungkinan larangan dan pengawasan di negara-negara seperti AS, Eropa, dan India karena masalah keamanan nasional. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE