Diterpa Isu Build Back Better, Dolar AS Loyo Hadapi Rupiah
Mata uang rupiah hari ini mengalami penguatan terhadap Dolar Amerika Serikat pada perdagangan Senin (21/12/2021).
IDXChannel - Mata uang rupiah hari ini mengalami penguatan terhadap Dolar Amerika Serikat pada perdagangan Senin (21/12/2021). Hal ini tak lepas dari program Build Back Better yang diusulkan oleh Presiden AS, Joe Biden.
Pantauan di pasar spot Bloomberg hingga pukul 09:28 WIB, mata uang Garuda naik 14 poin atau 0,10% di harga Rp14.388 per 1 Dolar AS. Selain Rupiah, sebagian besar mata uang negara Asia terpantau bergerak variatif terhadap USD, ketika indeks Dolar AS mengalami koreksi -0,09% di level USD96,46.
Dolar Hong Kong naik 0,02% di 7,7996, Yen Jepang koreksi -0,09% di 113,68, dan Ringgit Malaysia menguat 0,17% di 4,2180. Dolar Taiwan menanjak 0,07% di 27,836, Baht Thailand melemah 0,42% di 33,740, Peso Filipina terpuruk -0,22% di 49,920, dan Won Korea Selatan tertekan -0,22% di 1.192,10.
Yuan China menguat 0,02% di 6,3741, sementara sisanya seperti Dolar Singapura statis 0,00% di 1,3655, dan Dolar Australia menguat 0,11% di 0,7117.
Kabar baik pasar uang di Asia datang dari melemahnya greenback merespons penyebaran virus varian Omicron di Amerika Serikat. Kekhawatiran atas dampak virus baru tersebut membuat aset berisiko juga mendapat imbasnya.
Selain itu, greenback juga tampak lesu setelah program Build Back Better dari Joe Biden senilai jutaan triliiun tidak mendapat dukungan di tingkat parlemen.
Koreksi indeks Dolar yang terjadi masih bersifat wajar mengingat mata uang AS tersebut telah mendekati titik tertingginya di USD96,914 selama seminggu terakhir.
Kenaikan ini merupakan reaksi investor pasar uang terhadap poros hawkish pejabat Federal Reserve AS dalam pengambilan kebijakan terbarunya.
Namun, komentar Senator AS Joe Manchin pada hari Minggu bahwa dia tidak akan mendukung kebijakan Biden terkait 'Build Back Better', dengan nilai investasi senilai USD1,75 triliun, membuat dolar mengakhiri relinya dan turun -0,12%.
"Dolar merosot karena respons Build Back Better. Lebih sedikit stimulus, pertumbuhan yang lemah, dan penurunan suku bunga dalam jangka pendek sudah cukup untuk membuat dolar sedikit lebih rendah," kata Analis IG, Kyle Rodda mengatakan kepada Reuters, Selasa (21/12/2021). (TYO)