Dolar AS Menguat, Pasar tetap Tenang di Tengah Ketegangan Perang Dagang
Para pelaku pasar masih menanti rilis data inflasi konsumen AS yang tertunda hingga Jumat.
IDXChannel - Dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama pada Kamis (23/10/2025). Para pelaku pasar masih menanti rilis data inflasi konsumen AS yang tertunda hingga Jumat.
Investor juga masih mencermati perang dagang antara Washington dan Beijing.
Melansir Yahoo Finance, indeks dolar AS, yang mengukur nilai dolar terhadap beberapa mata uang utama lainnya, naik tipis 0,05 persen menjadi 98,979. Dolar menguat 0,17 persen ke 152,21 yen, sempat menyentuh 152,26 yen, tertinggi sejak 14 Oktober.
Pound sterling turun 0,09 persen ke USD1,3345, sementara euro melemah 0,06 persen ke USD1,1604.
Pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan pembatasan terhadap berbagai ekspor berbasis perangkat lunak ke China, mulai dari laptop hingga mesin jet sebagai balasan atas putaran terbaru pembatasan ekspor logam tanah jarang dari Beijing, menurut laporan Reuters pada Rabu.
Namun, reaksi pasar valuta asing relatif tenang. Aset-aset yang biasa menjadi pelarian aman seperti yen dan franc Swiss tidak mendapat banyak dukungan, sementara harga emas terus turun dari rekor tertingginya.
“Ketegangan perdagangan masih menjadi pemicu volatilitas di pasar, tetapi bisa dibilang sebagian besar pelaku pasar meyakini ancaman ini tidak akan benar-benar diwujudkan,” kata analis pasar keuangan senior di Capital, Kyle Rodda.
Para pelaku pasar kini melihatnya sebagai strategi brinkmanship (taktik saling gertak) dan cara untuk mendorong negosiasi ke depan.
Sementara itu, kelangkaan data ekonomi makro resmi AS terus berlanjut seiring penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown) yang hampir memasuki hari ke-23, meskipun indeks harga konsumen dijadwalkan dirilis pada Jumat atau lebih dari seminggu terlambat. Data lain, seperti laporan ketenagakerjaan bulanan, belum dirilis sama sekali.
"Pasar sedang menunggu waktu. Tidak banyak berita yang dapat dipastikan," kata ahli strategi dari National Australia Bank, Gavin Friend.
(NIA DEVIYANA)