MARKET NEWS

Dolar Kembali Tertekan Pasca Inflasi AS Mendingin, Sejumlah Mata Uang Menguat

Maulina Ulfa - Riset 14/06/2023 12:01 WIB

Dolar Amerika Serikat (AS) kembali menghadapi tekanan pasca inflasi negeri Paman Sam mendingin pada Mei.

Dolar Kembali Tertekan Pasca Inflasi AS Mendingin, Sejumlah Mata Uang Menguat. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Dolar Amerika Serikat (AS) kembali menghadapi tekanan pasca pengumuman inflasi negeri Paman Sam pada Mei yang dilaporkan di bawah ekspektasi ekonom.

Inflasi harga konsumen (CPI) tahunan AS turun menjadi 4% pada Mei 2023, menjadi angka terendah sejak Maret 2021. Angka ini juga sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 4,1% didorong oleh penurunan harga energi.

Selain itu, inflasi inti yang tidak termasuk barang-barang volatil seperti makanan dan energi, telah melambat menjadi 5,3%, terendah sejak November 2021.

Kondisi ini mendukung argumen bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) akan mempertimbangkan menghentikan siklus pengetatan moneternya saat ini.

Biaya energi merosot 11,7 % dibandingkan bulan sebelumnya yang terkontraksi 5,1% di. Sementara inflasi makanan melambat menjadi 6,7% dibanding 7,7% pada April.

Adapun inflasi tercatat naik tipis untuk kendaraan baru sebesar 4,7% dibanding 5,4%, pakaian jadi 3,5% dibanding 3,6%, tempat tinggal 8% dibanding 8,1%, dan jasa transportasi 10,2% dibanding 11%. Biaya layanan medis turun 0,1% dibanding bulan sebelumnya 0,4% pada April.

Dalam skala bulanan, harga konsumen naik tipis 0,1% pada Mei setelah naik 0,4% pada April.

Dolar jatuh mendekati level terendah tiga minggu terhadap euro dan level terendah satu bulan versus sterling pada hari Rabu, setelah data inflasi AS yang lemah secara tak terduga memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve akan melewatkan kenaikan suku bunga di kemudian hari.

Indeks dolar yang mengukur kinerja enam mata uang utama tercatat di level 102,850 atau turun 0,06% pada perdagangan Rabu (14/6/2023) pukul 10.53 WIB. Sebelumnya, dolar sempat turun ke level terendah sejak 22 Mei di level 103,04 pada perdagangan hari sebelumnya. (Lihat grafik di bawah ini.)

Investor semakin kuat menduga kenaikan suku bunga bank sentral sebesar seperempat poin tak terhindarkan menurut Alat FedWatch CME Group.

"Laporan inflasi yang lemah secara efektif memperkuat jeda kenaikan suku bunga The Fed, meskipun saya ragu akan cukup untuk menjamin sikap dovish karena itu bukan target The Fed," kata Matt Simpson, analis pasar senior di City Index.

Simpson juga melihat angka 103 sebagai level support utama untuk indeks dolar.

"Meskipun penurunan dolar cukup mendongkrak kenaikan mata uang lain, misalnya EUR/USD di atas 1,0800, itu tidak cukup mengingat jeda hawkish tampaknya sangat mungkin terjadi,” imbuh Simpson.

Kinerja Dolar Terhadap Sejumlah Mata Uang

Sejumlah nilai tukar mata uang utama terhadap dolar juga mengalami penguatan pasca lemahnya kinerja greenback pada sesi kemarin.

Euro sedikit berubah pada 1,0788 pada hari ini, setelah mencapai level tertinggi sebesar 1,08235 per USD pada Selasa (13/6/2023).

Adapun sebagai informasi, Bank Sentral Eropa (ECB) akan memutuskan kebijakan suku bunga pada hari Kamis esok, dengan proyeksi kenaikan suku bunga seperempat poin.

Poundsterling berada di level 1,2608 per USD, dan sempat melonjak 0,8% di sesi sebelumnya dan sempat mencapai level tertinggi sejak 11 Mei di USD1,2625.

Yen terhadap dolar juga sempat turun 0,16% menjadi 140,02 pada perdagangan Selasa (13/6/2023) dan menjadi kenaikan ke level tertinggi sejak 5 Juni di tengah angka inflasi AS yang melandai dan kebijakan Bank of Japan terlihat mempertahankan pengaturan ultra-longgar pada Jumat mendatang.

Di China Bank Rakyat China juga untuk memangkas suku bunga reverse repo tujuh hari untuk pertama kalinya dalam 10 bulan pada Selasa (13/6/2023). (ADF)

SHARE