MARKET NEWS

Ekonomi AS Goyah, Begini Strategi Antisipasi Kalbe Farma (KLBF)

Taufan Sukma/IDX Channel 04/05/2023 10:06 WIB

porsi suplai impor KLBF disebut Vidjongtius sejauh ini mencapai 90 persen dari total kebutuhan bahan baku perusahaan.

Ekonomi AS Goyah, Begini Strategi Antisipasi Kalbe Farma (KLBF) (foto: MNC Media)

IDXChannel - Perekonomian Amerika Serikat (AS) yang berada di ambang gagal bayar obligasi diperkirakan bakal berpengaruh besar terhadap ekonomi global.

Salah satunya terkait nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang negara-negara di dunia. Tak terkecuali terhadap rupiah milik Indonesia.

Kondisi ini tentu menjadi perhatian berbagai sektor industri yang masih tergantung pada bahan baku impor. Seperti halnya industri farmasi dalam negeri.

"Memang itu juga jadi concern kami. Meski kondisi sekarang sejauh ini tidak ada masalah, dan justru bagus, karena (nilai tukar) rupiah sedang menguat. Yang perlu diantisipasi selanjutnya adalah ketika nanti (rupiah) melemah," Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), Vidjongtius, Rabu (3/5/2023).

Antisipasi pelemahan nilai tukar rupiah tersebut diakui Vidjongtius penting untuk dilakukan mengingat saat ini kebutuhan bahan baku KLBF masih didominasi oleh suplai dari impor.

Tak tanggung-tanggung, porsi suplai impor KLBF disebut Vidjongtius sejauh ini mencapai 90 persen dari total kebutuhan bahan baku perusahaan.

"Seperti halnya di industri, Saya pikir juga sama ya. Karena ada banyak (bahan baku) yang belum tersedia di domestik. Dan kami ada alokasi (anggaran) bila tiba-tiba rupiah melemah," tutur Vidjongtius.

Alokasi dana tersebut sengaja disediakan sebagai strategi natural hedging yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk menambah kerugian kurs yang terpaksa diderita perusahaan akibat fluktuasi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah.

"Tiap tahun kami sudah ready akuivalen sekitar USD50 juta sampai USD60 juta sebagai penyeimbang (nilai tukar," ungkap Vidjongtius.

Di lain pihak, tak hanya berpotensi tertekan oleh harga bahan baku impor, Vidjongtius menyatakan bahwa pergerakan nilai tukar juga berpengaruh terhadap aktifitas ekspor KLBF ke sejumlah negara.

Sebut saja produk Extra Joss yang laris-manis di pasar Malaysia dan Myanmar, serta Hydro Coco yang bahkan banyak diekspor ke Timur Tengah.

"Jadi kalau bicara soal nilai tukar, dibanding potensi tekanan, kami justru lebih banyak melihatnya sebagai opportunity. Tinggal bagaimana kita menyikapinya dengan menyiapkan strategi yang sesuai dan tepat," tegas Vidjongtius. (TSA)

SHARE