Ekonomi Global Bergejolak, Pasar Emerging Markets Jadi Sasaran Investor Asing
obligasi tersebut terbukti laris-manis, dengan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 8,25 kali.
IDXChannel - Kondisi Amerika Serikat (AS) yang tengah di ambang gagal bayar obligasi cukup berpengaruh terhadap perekonomian global.
Karenanya, pelaku pasar investasi dinilai mulai mengincar sejumlah tujuan alternatif. Salah satunya dengan melirik pasar negara emerging markets yang dinilai memiliki fundamental ekonomi yang kuat.
"Sentimen terhadap emerging markets dengan kekuatan fundamental cukup baik saat ini cukup positif. Indonesia juga masuk dalam kategori itu," ujar Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, Senin (8/5/2023).
Penilaian Myrdal tersebut berkaitan dengan penerbitan surat utang berwawasan hijau (green bonds) yang baru saja diterbitkan oleh PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).
Secara khusus ditawarkan ke pasar global, obligasi tersebut terbukti laris-manis, dengan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 8,25 kali.
Hal ini lantaran dari nilai penerbitan yang dilakukan sebesar USD400 juta, final book over yang dibukukan hingga masa akhir penawaran tercatat mencapai USD3,3 miliar.
"Dengan sentimen positif tadi, maka wajar (green bonds PGEO banyak diminati," tutur Myrdal.
Selain sentimen pasar global yang memang tengah positif, menurut Myrdal, respon bagus yang ditunjukkan investor global juga didasarkan pada performa perusahaan yang terbukti moncer di sepanjang tahun lalu.
"Selain itu, posisi PGEO sebagai pemain utama dari bisnis penghasil energi yang ramah lingkungan. Ini penting, karena akan menjadi penopang utama kesinambungan bisnis perseroan ke depan," tutur Myrdal.
Tak hanya itu, profil kinclong PGEO di mata investor global juga dilengkapi dengan rating perusahaan di level internasional yang sangat baik dan berkategori status layak investasi.
"Ini belum lagi mempertimbangkan imbal hasil yang ditawarkan PGEO, yang memang terlihat menarik di tengah kondisi penurunan yield obligasi global, saat ekspektasi kebijakan pengetatan moneter oleh the Fed rupanya tidak sekencang sebelumnya," tegas Myrdal. (TSA)