MARKET NEWS

Ekonomi Inggris Makin Suram, Poundsterling Jatuh ke Level Terendah Sejak 1985

Tim IDXChannel 10/09/2022 20:04 WIB

Perdana Menteri yang baru, Liz Truss, bakal berpotensi menganggu independensi Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) dalam menentukan kebijakan ekonominya.

Ekonomi Inggris Makin Suram, Poundsterling Jatuh ke Level Terendah Sejak 1985 (foto: MNC Media)

IDXChannel - Perekonomian Inggris yang terus dalam tekanan membawa nilai tukar mata uang poundsterling terhadap dolar AS makin terpuruk ke level terendah sejak 1985 silam.

Kondisi juga semakin mengkhawatirkan saat sebagian pasar uangan tengah berspekulasi bahwa Pemerintahan Inggris di bawah kendali Perdana Menteri yang baru, Liz Truss, bakal berpotensi menganggu independensi Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) dalam menentukan kebijakan ekonominya.

Karenanya, Menteri Keuangan yang juga baru resmi menjabat, Kwasi Kwarteng, memanfaatkan hari pertamanya bertugas untuk menenangkan pasar keuangan yang gelisah atas spekulasi independensi BoE tersebut. Upaya ini penting dilakukan lantaran hal itu menjadi sentimen yang turut berperan atas merosotnya pound di bawah tekanan jual.

Dalam pertemuan dengan jajaran pejabat eksekutif perbankan, Kwarteng memastikan bahwa pemerintah di bawah kepemimpinan Truss tetap berkomitmen menghormati independensi BoE dan tidak akan mencampurinya atas alasan apa pun.

Turut hadir dalam pertemuan tersebut, yaitu Gubernur BoE, Andrew Bailey, di mana Kwarteng mencoba meyakinkannya bahwa dukungan Pemerintah Inggris terhadap BoE adalah utuh dan final.

"Bank Sentral memiliki dukungan penuh dan final dari kami dalam mengendalikan inflasi," ujar Kwarteng, sebagaimana dilansir The Guardian, Jumat (9/9/2022).

Komentar tersebut muncul saat poundsterling kembali jatuh satu persen menjadi USD1,1406, sekaligus menjadi level terendah dalam 37 tahun terakhir.

Meski penguatan dolar AS tidak hanya terjadi terhadap poundsterling namun juga pada beragam mata uang lain, sejumlah pakar ekonomi tetap menyebut bahwa Inggris berada dalam tekanan seiring inflasi yang tidak terkendali, sehingga memunculkan potensi resesi. (TSA)

Penulis: Nur Pahdilah

SHARE