Ekspektasi The Fed hingga Konflik Global Diproyeksi Angkat Harga Emas Pekan Depan
Harga emas dunia diproyeksi menguat pada pekan depan didorong oleh sentimen ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed hingga konflik global.
IDXChannel - Harga emas dunia diproyeksi menguat pada pekan depan didorong oleh sentimen ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed hingga konflik global.
Pengamat pasar uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi memperkirakan harga emas bergerak di kisaran support USD4.006 per troy ounce dan resistance USD4.193 per troy ounce. Sementara untuk periode satu minggu ke depan, support berada di USD3.970 per troy ounce dan resistance di USD4.270 per troy ounce.
"Pada Oktober untuk USD4.500 kemungkinan besar, ya bukan lagi kemungkinan, tidak akan terkena di USD4.500. Tetapi memasuki November minggu pertama, kemungkinan akan menyentuh di level USD4.376," kata Ibrahim dalam risetnya, Minggu (26/10/2025).
Adapun harga emas global pada penutupan perdagangan Sabtu (25/10/2025) berada di level USD4.112 per troy ounce, naik dibandingkan sebelumnya.
Ibrahim juga memperkirakan harga emas domestik berpotensi bergerak di kisaran Rp2.390.000 hingga Rp2.400.000 per gram, dengan peluang penguatan lanjutan pada November mendatang.
Menurutnya, The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan pekan depan.
“Sebenarnya pelaku pasar sudah tahu bahwa Bank Sentral akan menurunkan suku bunga 25 basis point, tetapi yang diinginkan oleh pasar itu adalah pernyataan dari Bank Sentral tentang ke depan, di bulan November-Desember, apakah akan kembali menurunkan suku bunga atau mempertahankan suku bunga,” tutur dia.
Selain faktor suku bunga, ketidakpastian politik di Amerika Serikat juga turut menjadi pendorong penguatan harga emas. Hingga akhir pekan ini, pemerintahan federal AS masih mengalami shutdown yang telah berlangsung selama lebih dari 24 hari.
"Artinya, kemungkinan libur pemerintahan federal akan cukup lama, dan Trump ogah untuk melakukan mediasi dengan Partai Demokrat," ujar Ibrahim.
Dari sisi global, eskalasi konflik Rusia-Ukraina kembali meningkat setelah Rusia melakukan serangan sporadis di wilayah Donetsk dan Dombas. Kondisi ini, kata Ibrahim, menimbulkan kekhawatiran baru di pasar dan mendorong bank-bank sentral global kembali melirik emas sebagai aset lindung nilai.
“Karena kita lihat bahwa campur tangan NATO, Inggris, dan Amerika ini akan membuat terjadinya Perang Dunia Ketiga. Nah ini yang membuat harga emas kemungkinan melonjak tinggi, kemudian harga minyak juga terus mengalami kenaikan,” katanya.
Ibrahim memperkirakan, harga emas global sulit menembus level Rp3 juta per gram hingga akhir Oktober, namun peluang penguatan signifikan akan muncul pada November, seiring meningkatnya permintaan logam mulia oleh bank sentral dunia dan ketegangan geopolitik yang belum mereda.
(DESI ANGRIANI)