Ekuitas Negatif, Indofarma (INAF) Masuk Papan Pemantauan Khusus
PT Indofarma Tbk (INAF) masuk papan pemantauan khusus Bursa Efek Indonesia (BEI).
IDXChannel - PT Indofarma Tbk (INAF) masuk papan pemantauan khusus Bursa Efek Indonesia (BEI). Ini karena perseroan mencatatkan ekuitas negatif pada kinerja keuangan kuartal II-2023.
BEI juga memberikan notasi khusus 'E' terhadap perusahaan BUMN farmasi itu sebagai penanda bagi investor sebelum mengambil keputusan investasi. Kebijakan ini efektif hari ini, Jumat (4/8/2023).
Laporan keuangan INAF pada semester I-2023 menunjukkan perseroan mengalami defisiensi modal atau ekuitas negatif. Kondisi ini terjadi saat jumlah utang/kewajiban (liabilitas) perseroan lebih besar atau melebihi asetnya.
Jumlah liabilitas INAF hingga 30 Juni 2023 mencapai Rp1,59 triliun, menanjak secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp1,44 triliun. Sedangkan aset INAF pada paruh pertama 2023 mencapai Rp1,55 triliun.
Artinya, INAF merealisasikan defisiensi modal senilai Rp33,99 miliar, berbalik dari posisi ekuitas positif pada semester I tahun lalu. Performa di pos neraca ini juga memburuk dibandingkan posisi ekuitas pada kuartal I-2023 yang positif sebesar Rp24,55 miliar.
Apa Penyebabnya?
Penyebabnya adalah tumpukan defisit rugi. Diketahui, INAF menanggung defisit rugi senilai Rp736,64 miliar pada semester I-2023, meningkat dari posisi kuartal I-2023 senilai Rp678,09 miliar.
Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy), maka defisit INAF naik 19,52 persen.
Laporan laba/rugi INAF pada paruh pertama tahu ini menunjukkan realisasi rugi sebesar Rp120,34 miliar, naik 32,66 persen yoy. Kerugian terjadi seiring penurunan penjualan bersih.
Ini mendorong rugi per saham dasar INAF semakin menciut secara tahunan menjadi minus Rp38,83 per saham, dari Rp29,27 per saham.
Membengkaknya rugi dipicu penjualan yang anjlok 36,59 persen yoy menjadi Rp363,96 miliar, dibandingkan semester I tahun lalu sebesar Rp574,05 miliar.
Produk obat etikal (resep) di pasar domestik masih menjadi tulang punggung pemasukan senilai Rp208,54 miliar, disusul fast moving consume goods (FMCG) sebanyak Rp84,76 miliar.
Kontribusi alat kesehatan hingga jasa klinik memberi pemasukan senilai Rp16,94 miliar. Sementara vaksin sebesar Rp32,92 miliar, dan over-the-counter Rp6,67 miliar.
Dari sisi pengeluaran, beban produksi ikut tergerus mengikuti penurunan penjualan. Demikian juga ongkos penjualan yang mencapai Rp52,38 miliar.
Di sisi lain, gaji dan jaminan sosial (di pos administratif) justru naik secara tahunan menjadi Rp44,86 miliar dari Rp36,68 miliar. (RNA)